Sinar matahari penghujung pagi tersaring dedaunan pohon rindang. Mataku dibasuh oleh pemandangan padang hijau dan sebuah bukit kecil di kejauhan.
Seraya memejamkan mata, ku hirup udara sedalam yang kubisa. Mengisi penuh-penuh paru-paru dengan udara bersih alami yang tak kutemui di kota. Betapa murni nya.
Betapa segarnya."Sudah lama ya, kita nggak ke sini."
Suara khas dari sebelahku mengalihkan netraku ke arahnya. Rupanya ia juga tengah melakukan hal yang sama.
Menikmati tarian udara sejuk yang membelai lembut dengan mata terpejam.
Helaian rambut hitamnya bergoyang kecil seirama hembusan angin.
Aku menjawab dengan gumaman pendek sebelum kembali memandang depan.
Pada hamparan sabana dengan permukaan bergelombang seiring pergerakan angin yang menerpa.Tempat ini menerbangkan ingatanku ke masa remaja. Masa awal aku mengenal pria ini. Sosok kalem dan hangat yang akhirnya ternobatkan sebagai cinta pertama bagi seorang gadis belia lugu yang tak pandai bergaul.
Kevin menoleh, "seandainya bisa, kamu pengen nggak balik ke masa itu? Saat kita masih ABG labil yang sok pinter."
Selanjutnya kami terkekeh.
Melipat kedua tangan di dada, aku berpikir sejenak. "Entahlah. Toh, nggak ada yang gue sesalkan selama masa remaja. Nggak ada yang perlu diperbaiki."
Memandang sendu pada langit berhiaskan awan tipis, bibirku berucap lirih. "Yang pengin gue rubah justru masa setelahnya.
Saat gue menginjak dewasa malah punya pola pikir yang lebih bodoh dari kaum remaja."
Kevin tak menjawab. Ia lebih terlihat sedang merasa tersinggung dibanding sedang berpikir untuk memberi tanggapan padaku.
"Kamu bukan bodoh, Yuzu. Kamu cuma baru mengecap pengalaman pertama. Dan, bukan masalah ketika kita melakukan kesalahan di kali pertama. Iya kan?" ujarnya setelah beberapa saat silent moment menyeruak di antara kami berdua.
Sebenarnya sejak pagi tadi aku tidak berniat pergi ke mana-mana di hari libur ini. Setelah enam hari berkutat penuh dengan proyek-proyek baru yang deadline nya berdekatan. Juga dengan suasana kerja baru yang perubahannya terasa begitu drastis.
Rekan-rekan yang bersikap terlampau ramah, ataupun Pak Erwin yang kini memperlakukanku bak putri raja.
Semuanya melelahkan. Menguras energi.Namun sayangnya, daripada memintaku menemaninya di akhir pekan, Dyaz justru menyuruhku bersiap-siap pergi dengan seseorang yang telah datang menjemput.
Dan aku masih tidak percaya kalau ternyata orang itu adalah Kevin.
Setelah berbagai macam problem yang telah terjadi di antara kami bertiga, bukankah terlalu aneh bagi Dyaz untuk mengizinkan kami pergi berdua saja seperti sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dazzling You
RomanceSebelum tidur, Yuzu sudah bertekad untuk confess pada crush sekaligus cinta pertamanya, tapi saat bangun, gadis itu terkaget-kaget karena ternyata dia malah sudah jadi istri orang lain. Apalagi, suaminya orang yang sama sekali nggak dia kenal. Buka...