03. Coming Home

308 100 25
                                    


Aku nggak salah dengar, kan?!

Su-a-mi-is-tri???

Sumpeh Lo !?


"Apa..?" Suaraku nyaris seperti bisikan.

Wajah Dyaz masih tidak menunjukkan raut apapun.

"Ya.. kita berdua sudah menikah, Yuzu. Kamu. Dan aku."

Tas tanganku terlepas begitu saja dari genggaman. Sekujur tubuhku lemas, pun bibirku bergetar.

"Nggak. Nggak mungkin."

Aku menggeleng kuat-kuat dan menatap Dyaz nanar.

"Jangan ngaco! Gimana bisa aku nikah sama kamu? Kenal kamu juga nggak. Kenapa aku harus nikah sama kamu?!  Nggak Ada alasan buatku dijodohin semuda ini." cerocosku. Tanganku terkepal erat di sisi tubuh.

Cowok ini pasti sudah sinting.

Woy, Mas.. lo nge-halunya kejauhan banget..!

Aku dan dia masih muda, buat apa kami buru-buru menikah. Toh, nggak mungkin aku dijodohin, karena aku bukan Siti Nurbaya.

"Kalaupun harus menikah, aku cuma mau nikah sama Kevin..!" lanjutku emosi.

Kulihat rahang Dyaz mengeras.

Biar saja, biar dia tahu kalo di hatiku cuma ada Kevin. Aku nggak pernah kepincut yang lain, udah sepuluh tahun lho.  

Jadi amat sangat mustahil kalau aku nikah sama dia.

Siapa La-U.


Bentar, apa jangan-jangan.. aku terpaksa nikah karena kita udah..


"Tapi.. yang penting, kita nggak ngapa-ngapain kan?! Kita belum pernah ngelakuin 'itu' kan!?" tanyaku resah, refleks menutupi dadaku sendiri dengan menyilangkan kedua tangan.

Dyaz membuang nafas kesal.

Dia melangkah maju, "Dengar, Yuzu..! Kamu mau percaya atau tidak, terserah. Toh, Memang itu kenyataannya. Sekarang kamu sudah bukan gadis lagi. Kamu seorang istri. Dan faktanya, kamu melakukan hal 'itu' pertama kali sama aku!!"

Aku membatu. Pandanganku mulai buram.

Aku serasa cewek kotor yang baru sadar telah diperkosa.  Sama orang asing pula.


Hu..hu..hu..  masa' katanya aku udah 'begituan'..?

Ini benar-benar gila!

Please .. siapapun kasih tahu aku kalau ini cuma mimpi. Mimpi buruk!

Dan aku ingin cepat-cepat bangun dari mimpi ini.


Dyaz berjalan pergi melewatiku yang masih terpaku di tempat.

Saat tangannya meraih pegangan pintu, ia sedikit menoleh padaku, "Oh iya,. Aku lupa. Kemarin kita memutuskan untuk bercerai. Jadi, kalau kamu memang mau pindah, cepat packing barang-barangmu."

Setelahnya, Dyaz keluar dan menutup pintu dengan agak keras.

Seketika aku jatuh terduduk. Kedua lututku begitu lunglai.

Menikah?  dengan orang yang sama sekali nggak kukenal..

Dan.. mau cerai pula.

How could it be?!

Padahal selama sepuluh tahun, cowok dambaanku cuma Kevin seorang.

Nggak pernah berubah.

Aku nggak munafik, aku memang pernah membayangkan gimana rasanya bercinta, tapi cuma dengan Kevin. Itupun kumau sesudah kami berdua menikah.

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang