15. Black Cloud

222 77 22
                                        


Netraku tertuju lurus pada lelaki yang tengah tersenyum di hadapanku. Entah senyum apa.

"Hai." sapanya.

"Lo nggak tau ini jam berapa? Waktu bertamu udah habis. Dateng lagi besok!" ketusku yang ditanggapi cengiran watados darinya.

"Harusnya lo bersyukur gue dateng. Kasur lo dingin kan malam ini..?!" intonasinya terdengar menjijikan.

"Zip it, Junio!! Gue nggak suka bercanda hal yang kelewatan!"

Ia menutup mulutnya lalu berekspresi seolah terkejut.
"Sorry. Gue baru tau."

Satu decakan keluar dari katupku.

Dengan cueknya, cowok tinggi ini melangkah masuk dan terus berjalan ke ruang tamu.

"Eh! Eh! Eh! Gue belum ngijinin lo masuk, ya!!" sergahku sambil mengejar langkahnya.

Kaki panjangnya mendukung cowok itu bergerak cepat menuju sofa, dan duduk santai di sana.

Ia menyilangkan kaki, dan berujar "kan lo pernah bilang, kalau gue boleh anggap ini rumah sendiri."

"Nggak mungkin. Kita nggak sedekat itu, Junio..!"

"Kita sedekat itu." timpalnya tenang. "Cuma lo lupa."

Terserah deh, ah.

Aku berkacak pinggang. "Keluar! Gue nggak suka dapat tamu dadakan."

"Jadi cewek tuh jangan galak-galak napa.. bikin cowok makin tertarik tahu, gak.." ucapnya.

Kumemutar kedua bola mata.

Kepala Junio tertoleh ke kanan dan ke kiri.

"Anyep amat." gumamnya yang tak kumengerti maksudnya.

"Lo mau apa ke sini?" kini aku bertanya dengan intonasi datar.

Ia mengusap dagu. "Ehmm... nggak ada yang penting sih, cuma pengen ketemu lo doang."

Lho?

"Jam 5 pagi nanti gue terbang ke New York. Jadi, sebelum pergi gue pengen ketemu lo." sambungnya santai.

Kenapa harus aku?

"Terus, kalau udah ketemu gue? Mau ngapain?"

Salah satu sudut bibirnya tertarik. "Lo sukanya ngapain..?"

Kebiasaan banget ni orang! Tiap ditanya, malah nanya balik.

"Gue suka sendiri!" jawabku tegas.

Ia mengangguk-angguk. "Oh."

"Berarti lo emang suka keadaan ini." lanjutnya sambil mengeluarkan sebuah tablet dari dalam tas hitam yang dibawanya.

Diletakkannya gadget portable  itu di atas meja.

Aku cuma memperhatikan yang dilakukannya. Masih belum paham situasi.

Cowok ini mendongak menatapku. "Lo nggak penasaran Dyaz ada di mana sekarang?"

Sedikit terkesiap, aku lalu berdeham pelan.

"Emang di mana?"

"Tablet ini connected sama hp nya Dyaz. Lo bisa lacak posisi dia sekarang dari sini, mau hpnya lagi aktif ataupun nggak." sahutnya menunjuk benda pipih lebar itu.

Aku terdiam.
Fokusku kini sepenuhnya tertuju pada tablet.

Melacak?

Kok, kesannya kepo banget ya..?

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang