14. New Love

228 74 29
                                    



Jika bukan karena ada berkas yang ketinggalan, aku pasti sudah duduk anteng di ruang rapat.
Menunggu semua peserta datang sambil persiapan presentasi project.

Namun seringnya ekspektasi tak sesuai realita. Contohnya sekarang, aku jadi harus naik ke lantai delapan buat ambil berkas, dan turun lagi ke ruang rapat di lantai lima.

Nggak capek sih, kan pakai lift, cuma terkesan buang-buang waktu aja.


Pintu lift yang kutunggu sejak tadi akhirnya terbuka. Menampilkan satu-satunya orang di dalam sana, tengah berdiri menatapku dengan kedua tangan masuk ke saku celana.

Tumben banget GM sendirian, Hardi nya kemana?

"Nggak jadi masuk?" tanyanya membuatku tersadar.

"Hm, jadi."

Segera kugerakkan tungkai ke dalam, dan bersiap menekan angka lima. Tapi orang ini lebih dulu menekan tombol dua belas, sedetik lebih cepat dariku.

Aku memandangnya heran.

Dan si oknum cuma tersenyum tanpa dosa.

Lalu kutekan angka lima, yang artinya kami akan turun setelah kami naik dulu.

"Pak Dyaz ada perlu di lantai dua belas?"

"Nggak, tuh."

Ya terus ngapain pake acara naik dulu???

"Pengen lebih lama berduaan aja." sambungnya.

Terdiam sedetik, aku menunduk buat sembunyikan senyum.

Ruang sempit ini bergerak naik.

Lalu kurasakan Dyaz menggenggam telapak tangan kiriku, mengisi kekosongan di sela-sela jari kami.

Belum ada yang bersuara. Hanya saling menyalurkan afeksi lewat tautan jemari.

Pintu terbuka di lantai dua belas yang kebetulan kosong.

Cowok tinggi ini cepat-cepat menutup pintu.

Oh rupanya begini, sensasi uniknya backstreet.

Kuangkat kepala sedikit. Dari pantulan pintu lift, Dyaz menatapku sambil mengunggah senyum.


"Kamu cantik."


Pipiku terasa menghangat.

Oh, come on, Yuzu! Masa' dibilang gitu aja udah Ge eR..


Dasar lemah!


Aku berdeham. "Baru nyadar?" timpalku sok mengangkat dagu.

Cowok ini terkekeh.


Dan tanpa aba-aba, dia menarik tanganku ke arahnya, lalu merengkuh pinggangku, hingga tubuh kami berhimpitan.

Tersentak, aku berujar panik, "Jangan, Dyaz! Takut ada yang lihat.."


Ada CCTV!


Ekspresinya terlihat nggak peduli, "memang kenapa kalau ada yang lihat? Kita kan suami-istri." tukasnya seraya mendekatkan hidung kami.

"M-mereka kan nggak tahu.."

"Tinggal kasih tahu."

Gampang banget tuh mulut. Apa dia belum sadar kalau belakangan ini aku lagi jadi buah bibir kantor???

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang