33. A Little More

195 39 49
                                    




Gelap.



Gulita.




Kelopak mataku sudah membuka lebar-lebar, tapi hanya kegelapan yang ada di mana-mana.

Pupilku mengais-ngais titik cahaya yang mungkin saja masih tersisa untuk sekedar membantu netra beradaptasi. Namun hasil akhir nya tetap sama, tiada secercahpun sinar di sini.

Bahkan aku tak bisa melihat kedua tangan ku sendiri.



Kuangkat sedikit kepala, dan seketika nyeri mulai menyerang ke sekujur tubuh. Menjalar ke tiap sendi dan tulang-tulangku yang berserah pasrah pada lantai dingin elevator.

Entah berapa lama aku tak sadarkan diri, sejak lift yang kunaiki ini berguncang dan jatuh.

Seingatku, aku merebah telentang sambil melindungi kepala dengan kedua tangan yang disatukan sebelum kotak besi ini benar-benar menghantam tanah.

Aku pernah baca sekilas sebuah artikel tentang penyelamatan darurat jika lift jatuh. Langkah paling aman dan paling tinggi kemungkinan selamatnya adalah merebahkan diri di tengah lantai lift dan menangkup bagian kepala belakang dengan kedua tangan.

Seharusnya aku meluruskan kakiku dengan sempurna, tapi karena tadi terlalu panik, jadilah hanya telentang dan melindungi kepala.

Yah, untungnya aku masih selamat meski badan serta kakiku sakit semua.




Getaran sebuah obyek yang mengeluarkan cahaya di sudut sana membuatku menengadah tiba-tiba.

Sembari meringis, aku berusaha sedikit demi sedikit berbalik tengkurap lantas merayap mencoba meraih benda pipih itu. Benda yang kini jadi satu-satunya harapanku.

Tak kuhiraukan sakit yang makin mendera di tempurung lutut. Yang penting aku bisa mendapatkan ponselku dan segera mencari bantuan.

Gerakan ku terbilang lambat, sebab sebelum berhasil ujung jariku menyentuh, benda itu berhenti bergetar lalu cahayanya padam.


Tempat ini kembali gelap.


Dengan satu hentakan, kupanjangkan tangan untuk mengambil nya.

Kutekan tombol lock di sisi kiri ponsel dan mendengus kecewa saat melihat retakan parah pada layarnya. Sebagian besar tampilan nya malah hanya garis-garis campuran warna acak yang berkedip-kedip cepat.


Kenapa aku apes banget hari ini..??


Aku merutuki diri sendiri yang kemarin melepas anticrack casing ponselku lantaran terkena tumpahan kopi.

Kalau saja saat itu aku langsung memasang soft case yang baru, pasti lcd nya tidak akan rusak parah begini.


Yang tersisa di layar cuma bagian atas notifikasi, yang menginformasikan beberapa panggilan tak terjawab.

Tapi aku tidak bisa memeriksa siapa penelponnya.

Jemari kananku mengetuk-ngetuk layar untuk mencari kontak siapapun yang bisa kuhubungi. Dan aku harus kecewa sekali lagi, sebab gawai yang katanya pintar ini tidak mau menuruti perintah jariku sama sekali.

Dazzling YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang