bab 7

32 3 0
                                    

Jangan lupa vote~

Pertandingan bola basket antar sekolah yang ditunggu-tunggu sebentar lagi akan berlangsung. Banyak sekali anak-anak dari SMA lain datang ke SMA Dharma Putra untuk menonton serta menjadi suporter untuk tim dari sekolah mereka. Lapangan basket indoor itu dipenuhi dengan gema yel-yel dari suporter masing-masing tim yang akan bertanding pagi ini.

"Kasian Juga Justin, ya." Lia memandang kearah lapangan dengan sorot mata sedih. "Padahal dia udah susah-susah bawa tim sampai final."

Kara yang tengah dirangkul Mario mengangguk setuju, wajahnya tak kalah sendu dibandingkan Lia. "Padahal dia latihannya keras banget. Katanya mau bales dendam, karena tahun kemarin mereka hampir ngeraih juara satu."

"Ealah kalian, lebay! Coba noh liat, si buaya empang." Zaky mengarahkan bibir yang dimoyongkan kearah Justin yang tengah menggoda cewek-cewek manis dari sekolah lain.

Justin mengangguk-angguk, perlahan-lahan ia merangkul gadis berponi yang ada disampingnya. "O jadi kesini pake mobil yang disediain sekolah." Justin mengangguk-angguk. "Ini siapa namanya? Eh-- punya lesung pipi, ya?" Justin terkaget saat gadis itu tersenyum dan memperlihatkan lesung pipinya.

Gadis itu malu-malu. "Iya, kak."

"Wah-wah, cantik-cantik banget ya kalian. Panggilan kalian siapa? Sayang aja gimana?" Justin terus menggoda dua gadis yang duduk di kiri dan kanannya itu. Setelah itu Justin beranjak. Mencari mangsa lain untuk diajak berkenalan dan bertukar nomor WhatsApp. Tapi dibalik itu, ada kesedihan dan kekecewaan yang dirasakan oleh Justin. Jika ia ikut bertanding hari ini, mungkin gadis-gadis yang ada disini akan memekik kagum melihat otot lengannya dan kelihaiannya dalam bermain basket. Itu jauh lebih baik dibandingkan ia melompat kesana kemari untuk menggoda gadis-gadis.

Pagi-pagi sekali seperti anggota tim yang akan bertanding hari ini justin datang kesekolah. Bersiap dan mengenakan baju tim yang baru dibagikan pagi ini. Tapi baju dengan nomor yang seharusnya untuk Justin itu bukan nama Justin lagi yang tertulis disana, melainkan nama Tama. Anggota tim sangat terkejut mengetahui jika yang jadi kapten tim adalah Tama. Tentu mereka semua protes, bahkan sebagian dari mereka ada yang tidak mau turun kelapangan jika Justin tidak ikut bertanding dan menjadi kapten. Justin selaku ketua dari mereka, berusaha untuk membujuk agar mereka ikut bertanding. Karena sayang, mereka sudah latihan dengan keras dari jauh-jauh dari dan sudah sampai di final. Lucu juga kedengaran jika tidak jadi bertanding hanya karena Tama masuk tim. Justin juga mengatakan, bahwa mereka semua hebat dan pasti bisa menang walau ada satu orang yang sepertinya tidak berguna didalam tim.

Pertandingan baru dimulai lima menit yang lalu, tapi orang-orang sudah gemes dengan permainan Tama yang benar-benar memalukan.

"Lo kenapa ngoper ke lawan gila?!" protes Danil sembari menghapus keringat menggunakan baju yang dikenakan. "Ke tim!

"Tama bangsat! Itu ring kita! Ngapain lo masukin kesitu!" Rio berteriak heboh ditengah lapangan, juga mengundang tawaan dari pendukung tim lawan.

"Anjir dia ngerti main nggak sih?" emosi Zaky juga ikut terpancing, melihat Tama berusaha merebut bola dari timnya dan membawa lari bola yang seharusnya dipantulkan dan dioper.

"Oper anjir!" teriak Danil, ingin sekali ia menghabisi Tama ditengah-tengah lapangan ini.

"Iih!" Zaky menepuk-nepuk jidatnya. "Kenapa dia malah ngoper ke lawan lagi sih anjir!"

"Lo aja yang main kalau gitu." kesal juga Rinda terhadap Zaky yang terus mengoceh dari tadi.

"Gue sadar diri, makanya nggak main. Sedangkan tu anak, nggak sadar diri. Udah nggak bisa, masi aja dipaksain. Saran gue sih, mending ngapalin pidato aja tu orang dipojokan sana."

Rinda menoleh sebentar untuk membenarkan ucapan Zaky, setelah itu ia kembali fokus ke pertandingan.

Pendukung lawan tampak heboh menyemangati tim dari sekolah mereka, menyanyikan yel-yel penuh dengan semangat. Sedangkan pendukung dari tim SMA Dharma Putra tampak enggan melakukan hal yang sama, meraka terus memprotes, berteriak, atau bahkan secara terang-terangan mengumpati cara bermain Tama yang memalukan. Tidak sanggup menahan malu, beberapa siswa-siswi SMA Dharma Putra meninggalkan area lapangan.

Tepat pada menit ke tujuh pendukung tim lawan bersorak heboh kala Tama berhasil memasukkan bola kedalam ring timnya sendiri. Mereka terus menyanyikan yel-yel mereka, disaat siswa-siswa SMA Dharma Putra mengumpat keras-keras.

Sedangkan Justin tampak memandang tajam kearah lapangan, tangannya menggenggam erat besi pembatas lapangan dengan tribun penonton. Didalam hati ia mengumpat habis-habisan, bahkan tangannya sudah terasa gatal untuk memukuli orang yang mengecaukan ini semua.

Pertandingan berakhir dengan SMA Dharma Putra tidak mencetak skor satupun. Tim sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tama terus saja merebut bola dari mereka dan mengopernya ketim lawan, beberapa kali Tama juga memasuk'kan bola kedalam ringnya sendiri. Ini sangat memalukan.

BUGH! BUGH!

Setelah pertandingan berakhir, Justin mengikuti Tama dari belakang. Sampai ditempat yang sepi Justin langsung menarik kerah baju Tama dan memukuli pria itu secara bertubi-tubi. Meluapkan emosi yang ditahan selama menyaksikan pertandingan tadi.

"Lo seharusnya sadar dengan kebodohan lo! Kalau udah tau nggak bisa jangan ngeyel buat cari nama. Dan sekarang--" Justin menggertakan giginya, ditariknya kerah baju Tama kedepan. "Lo udah ngehancurin harapan tim gue! Kita latihan berdarah-darah sampai tim kita ditakuti dan lo--" Justin menunjuk Tama penuh dengan amarah. "Lo ngahancurin semuanya! Lo malu-maluin tim gue yang seharusnya mengangkat tropy saat ini!"

Tama tidak menjawab. Ia hanya memandang Justin dengan dingin. Entah apa yang dipikiran pria itu.

"Sekarang, lo pikirin gimana caranya ngenaikin nama tim gue kembali!" Justin mendorong Tama ketembok dengan kasar, setelah itu dia pergi dengan emosi yang masih menggebu-gebu. Bahkan gadis-gadis yang berpapasan dengannya diabaikan begitu saja.

"Lo minta gue buat mikirin 'kan?"

Tiba-tiba saja Tama dengan kening yang sudah mengeluarkan darah menepuk bahu Justin dari belakang. "Udah gue pikirin, untuk sekarang sampai selanjutnya gue bakal jadi kapten tim basket. Dengan kata lain, lo nggak ada jabatan apa-apa lagi dalam tim."

"Kalau gitu gue bakal keluar dari tim."

"Kita semua bakal keluar dari tim kalau manusia bego kayak lo yang mimpin tim."

Tiba-tiba saja anggota tim basket muncul entah dari mana. Jelas sekali dari wajah mereka jika mereka sedang menahan amarah.

Justin diam beberapa saat. Benar saja, kejadian ini benar-benar tidak disangka Justin akan terjadi. Justin pikir ia dan tim akan memenangkan pertandingan dengan mudah karena mereka berlatih tidak kenal waktu. Tapi semuanya kacau dan sangat memalukan. Bahkan Justin tidak dapat membayangkan, seburuk apa pandangan orang-orang terhadap tim yang awalnya disegani kini bermain dengan konyol. Memasuk'kan bola kedalam ring tim? Bahkan Justin ingin tertawa terbahak-bahak.

Justin beranjak, sesaat setelah melayangkan bogeman mentah ke wajah Tama.

    

Apasih yg bikin kalian membaca cerita ini sampai dibab ini?

Lukisan Untuk Tama (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang