Jangan lupa vote dulu, ya~
Tama banyak bercerita kepada Tio hari ini. Entahlah, baru kali ini ia merasa diterima oleh seseorang. Bahkan Tio juga mengajak Tama pergi ke caffe shop bersama yang lainya untuk sekedar nongkrong dan menikmati makanan yang ada disana. Tama menolak, walau Tio sedikit memaksanya. Entah terlalu baik atau bodoh Tio memberikan kode apartemennya kepada Tama. Seengaknya Tama bisa menonton atau sekedar tiduran daripada termenung memikirkan masalah, begitu kata Tio tadi.
Malam ini Tio menyarankan Agar Tama tidak pulang. Katanya lebih baik menenangkan pikiran dengan pergi kesuatu tempat alih-alih pulang kerumah dan menerima amukan Dharma yang lebih parah lagi dari sebelumnya. Kata Tio mereka akan pergi berdua saja, tapi nyatanya diperjalanan deru berisik dari knalpot bersahut-sahutan, saling membunyikan klason-klason beserta teriakan-teriakan yang sungguh mengganggu ketenangan warga pada malam hari. Dari atas motor, Tama bertanya kepada Tio, mau kemana. Tio tidak menjawab, hanya bersikap seolah-olah tidak mendengar ucapan Tama. Dan semua itu berakhir disebuah kelab malam, Tio memang pantas untuk dijadikan tumbal proyek.
"Ini namanya surga dunia, Bro." Tio sengaja mengeraskan ucapannya, takut termakan oleh tentuman musik yang begitu keras.
Ini pertama kalinya Tama kesini. Tama tidak menyangka ternyata didalam sini perempuan dan laki-laki berbuar menjadi satu. Mereka melenggak-lenggok menggikuti alunan musik. Kata mereka ini semua untuk menghilangkan stres. Tama jadi bertanya-tanya, bagian mananya yang bisa menghilangkan strees? Alih-alih menenangkan, tempat ini malah membuat kepala semakin sakit dan tidak nyaman. Bau alkohol sangat menyengat didalam sini, dentuman musik juga keras bukan main yang sangat memekkan telinga, serta lampu terang berkelap-kelip yang menyilaukan mata. Apa yang menyenangkan dari ini semua? Dan...Tama benar-benar mengutuk Tio malam ini, pria sialan itu meninggalkannya dan berbaur dengan mereka yang ada didepan mata Tama. Berjoget-joget dengan tangan memegangi gelas. Sesekali pria itu menarik seorang wanita yang entah siapa, Tama pun tidak peduli siapa itu.
Tama memilih duduk disebuah bar, ada beberapa orang yang tidak Tama kenali juga duduk disana. Melihat kearah mereka yang menikmati alunan musik. Perlahan-lahan mata Tama menyipit, kala tidak sangaja menangkap gadis yang berpakaian warna hitam itu. Tama mengangkat ponsel Tio yang ia titipkan ke Tama sebelum ia bergabung dengan orang-orang. Mengarahkan kamera kegadis itu dan mulai mengambil gambar gadis itu.
"Kau menyukainya?" Tama terkaget, menoleh kesamping dan mendapati pemuda yang mengintip layar ponselnya, sangat tidak sopan.
"Tidak." Tama tergagap, cepat-cepat ia mengantongi ponselnya.
Pemuda itu tertawa, "Kau bisa menari dengannya kalau mau. Dia sering kesini, menari dengan lelaki yang kadang tidak ia kenali."
"Dari mana kau tau?"
Orang itu kembali tertawa. "Aku penjaga kelab ini. Namanya Alexa."
"Alexa?" Tama terkaget, bisa-bisanya gadis itu menyamarkan namanya. "Benarkah?"
"Iya, tampaknya kau begitu menyukainya."
Tama tidak menjawab, pandangannya kembali ke gadis dengan pakaian yang sangat terbuka itu. Shania. Dibalik otaknya yang jenius dan menjadi kebanggaan Dharma, ada sifat kurang ajar dari dalam diri gadis itu. Tama bahkan bingung, untuk apa Shania menjadi gadis nakal seperti ini? Dia disayangi oleh Dharma sepenuh hati, semua kemauannya dituruti, dia dipuja-puja banyak orang. Entahlah, kita tidak pernah tau jalan pikiran orang-orang, dan...kita juga tidak pernah tau masalah apa yang tengah dihadapi orang-orang
"Mau ini?"
"Apa itu?"
Pemuda itu terkekeh kecil. "Ini cuman coca cola."
"Coca cola?"
Pria itu mengangguk dan memberikan gelas yang berisikan kurang dari setengah air yang bewarna coklat pekat. "Minumlah."
Tama meminumnya.
"Berikan itu kepada ku."
"Ini punya orang yang disana."
"Berikan kepadaku dulu."
"Tapi ini kandungan alkoholnya sangat tinggi, kau bisa langsung mabuk jika meminumnya."
"Dia sudah mabuk." pemuda yang ada disamping Tama ini langsung menyahut. "Berikan saja itu kepada dia dulu, berikan dua gelas sekaligus."
Tama langsung meminum dua gelas sekaligus bahkan pria itu merebut satu gelas lagi dari pelayan tersebut. Setelah itu Tama bergabung dengan mereka semua, menghadap dj dan mulai bermenari-mari bersama wanita yang ada disana.
🐰
Disaat membuka mata Tama kaget bukan main. Ia terbangun dikamar yang sama sekali tidak dikenalinya, ia semakin terkaget sampai termundur kebelakang dengan tangan memegangi dada disaat cewek yang mengenakan baju berbahan handuk muncul dari balik pintu dengan tangan memegang dua kelas kecil.
"Untuk mu." katanya.
Alih-alih menerima gelas itu, Tama malah belum bisa menghentikan kekagetannya. Ia terus mundur sampai tubuhnya terbentur ke pembatas ranjang. "Kenapa kau ada disini? Siapa kau?!"
Gadis dengan rambut panjang yang masih basah itu lantas tertawa yang sengaja dibuat-buat manis. "Apa kau lupa atau malah pura-pura lupa dengan apa yang telah kau perbuat kepada ku malam tadi? Kau juga belum membayarku."
Tama semakin kaget, ia tidak ingat apa yang terjadi tadi malam. Ia dibawa kekelab malam oleh Tio setelah itu ia meminum minuman yang ditawarkan oleh pria berumur yang duduk disampingnya, itu saja.
"Omong kosong apa yang kau bicarakan?! Aku bahkan tidak mengenalimu sama sekali, cepat pergi dari hadapanku!" Tama berbicara dengan nada tinggi, walau rasa kaget belum enyah dari dalam dirinya.
"Omong kosong?" gadis itu tersenyum, tangannya tampak menari-nari diatas layar ponsel, sesaat setelah itu ia memperlihatkan vidio yang diputar dari ponselnya kepada Tama.
Tama bahkan bukan kaget lagi saat ini, tangannya gemetaran hebat, bahkan tubuhnya terasa mati rasa disaat melihat vidio menjijikan dengan dirinya sebagai tokoh utama didalam vidio itu.
"Masih belum percaya?"
"Cepat pergi dari hadapanku!"
"Kau belum membayarku!"
"Tuliskan nomor rekeningmu di atas tisu itu, setelah itu menghilanglah dari hadapan ku!"
🐑
Haii, teman2 pernah ga kayak gini? Kayak, saat melakukan test/ujian/praktek atau apapun itu teman2 kerap kali menargetkan diri teman2 itu seengaknya ada diatas orang yang paling bawah/tidak menjadi paling bawah alih-alih malampui orang yang paling atas dan menjadi nomor satu? Kalau aku sering banget sih. Menurut aku itu sangat mempengaruhi semangat/ambisuis kita dalam melakukan sesuatu baik ujian atau tes apapun. Coba deh, kalau kita menekankan kepada diri kita supaya bisa melampaui orang yang paling atas/menjadi nomor 1, aku yakin jiwa ambisius/semangat belajar untuk mempersiapkan itu semua bakal menggebu-gebu sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Untuk Tama (TAMAT)
Teen FictionBanyak cara yang Tama lakukan agar ia bisa menyicip manisnya rasa bahagia yang dikata orang-orang. Alih-alih semuanya membaik, luka pada hatinya semakin parah dan satu-persatu mulai bernanah, juga hidupnya yang terlanjur berantak'kan kala terlalu ja...