26

25 3 0
                                    

jangan lupa vote dulu ya~ yang belum sholat ayo sholat dulu!

Zaky terkaget kala Dharma muncul dari balik pintu dengan wajah yang tegang. Beberapa saat setelah itu Zaky tertawa terbahak-bahak, ia bisa menebak apa yang Dharma lakukan disini. Zaky berusaha untuk mengabaikan Dharma, duduk diatas sofa dengan kaki yang ditumpukan kemeja kecil yang ada didepanya. Tangan pria itu tak henti-hentik menekan remot tv untuk mengganti siaran. "Noh, noh liat, Pramata Putra dinyatakan tidak terbukti membunuh kakaknya, pelaku yang sebenarnya sudah ditangkap." Zaky menunjuk antusias kearah televisi yang menyajikan sebuah berita mengenai kasus yang jadi perbincangan orang-orang akhir-akhir ini.

"Mana Tama?" 

"Nggak tau." Zaky membuka snack keripik yang baru saja diraihnya diatas meja. "Mau, om." tawarnya. 

"Saya nggak becanda! Dimana Tama?!" raut wajah Dharma tampak marah.

"Saya nggak tau! sudah saya bilang tadi 'kan, saya nggak tau!" suara Zaky juga ikut meninggi. "Lagipula buat apa om mencari dia? bukankah selama ini om nggak peduli sama ?" Zaky jadi serius. 

"Jangan asal biacara kamu!"

"Asal bicara dari mana? saya benar, bukan? " Zaky diam sejenak, disingkirkannya sebungkus snack kembali keatas meja, memandang Dharma dengan wajah yang benar-benar serius. "Kalian keluarga yang terpelajar, tapi kenapa sangat bodoh dalam mendidik anak? Sangat kuno dan kolot." Zaky tersenyum miring. "Menuntut seorang anak melakukan ini itu, mangatakan jika dia tidak punya kepandaian, sedangkan kalian menutup mata dengan apa yang bisa dia lakukan. Sekolah dan belajar memang penting, tapi itu tidak juga harus selalu. Ada saatnya kita perlu menikmati masa remaja, karena itu hanya ada satu kali dalam hidup. Kalian mengancurkan masa dimana Tama seharusnya bergaul dengan banyak orang, bersenang-senang pergi ketempat yang sedang tren. Bukan tertekan didalam kamar dengan tumpukan buku yang memuakan." Zaky diam sejenak, memandang Dharma dengan wajah yang tidak kalah bengis. "Kalian tidak hanya menghancurkan masa  remaja Tama, tapi hidup Tama juga. Bahkan kalian tidak pernah menanyakan keadaanya, hanya menuntut Tama untuk sempurna sampai lupa jika tidak ada manusia yang sempurna didunia ini."

"Lagipula semua orang dewasa seperti itu. Merasa paling benar karena menjalankan hidup lebih lama didunia ini, lupa kalau kalian sudah bau tanah." Zaky tertawa.

"Saya kesini untuk memperbaiki semuanya. Cepat beritahu dimana Tama sekarang." walau hatinya sangat teriris dengan perkataan Zaky tapi Dharma tetap mencoba untuk tenang dan berlagak seakan tidak apa-apa dengan ucapan Zaky. 

"Apa yang perlu om perbaiki? hidup Tama sudah sangat hancur! seharusnya om malu datang kesini untuk menemui Tama!"

"Kamu menyembunyikan Tama dari saya?!"

"Saya tidak menyembunyikan Tama dari siapapun! Cepat keluar dari rumah saya!"

Setelah kepergian Dharma Zaky merogoh saku celananya cepat-cepat. Sejujurnya Zaky juga tidak tahu dimana keberadaan Tama sekarang. Saat mendengar berita televisi dirumah Justin, cepat-cepat  Zaky  pulang kerumah untuk menemui Tama dan pria itu memang sudah tidak ada dirumah saat itu bahkan sampai sekarang. Sebenarnya bisa saja Zaky menenangkan pikiran dengan mengatakan kediri jika Tama sedang melakukan kegiatan rutinnya, tapi entah kenapa kekhawatiran itu tidak bisa lenyap. Bahkan rasa khawatir itu semakin menjadi-jadi setelah keluarnya Dharma dari rumah.

.

kelas purba kala 

Zaky: ada yang ngeliat Tama nggak?

Zaky: Tama~ yuhu~

King nasar: Bukannya dia udah lama lo keluarin ya?

Mario: Apenih yang dikeluarin?

Mario: Didalem atau diluar keluarnya?

Buaya empang (justin): dia bukannya dipenjara sekarang ya?

Sok paling laki (rinda): 2

Kera (kara): 3

Zaky: yang punya nomor tio bestie Tama yang dulu send ke gue!

Zaky: nggak guna kalian semua!

Saat mendapatkan nomor Tio dari Mario, Zaky langsung menghubungi pria sialan itu. Menanyai dimana keberadaan Tama yang awalnya pria itu tidak ingin menjawab, hanya tertawa seperti orang gila. Tapi setelah menawarkan beberapa uang akhirnya pria itu memberitahu dimana keberadaan Tama sekarang.

Zaky langsung berlari keluar dari rumahnya, ternyata masi ada Dharma dan sopirnya diluar perkarangan rumahnya.

"Om! Cek whatsapp, itu lokasi Tama sekarang!"

Dharma sempat terdiam dengan kening yang mengkerut, mencoba untuk mencerna ucapan Zaky yang terdengat kurang jelas olehnya. Namun, beberapa detik setelah itu Dharma merogoh saku celananya dan langsung masuk kedalam mobil bersama sang sopir yang mengikutinya.

Dharma memandang ragu gedung tinggi yang tak terpakai dan sudah dipenuhi oleh lumut itu. "Bener ini alamatnya?" 

"Ini sudah sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Zaky, Pak."

 Saat hendak menghungi Zaky untuk memastikan alamat yang diberikannya itu benar atau tidak, secara bersamaan pemuda itu mengirimi Dharma sebuah pesan singkat.

Tama dalam bahaya sekarang

"Cepat minta yang lain datang kesini, sekarang!"

"Iya, pak!"

Sembari menunggu yang lainnya datang kesini, Dharma memandang gedung yang sudah ditinggalkan pemiliknya itu dengan wajah yang gamang. 

Tama adalah anak yang baik-baik dan tidak berani berbuat macam-macam, Dharma tahu itu. Tapi setelah bergaul dengan Tio semuanya berubah drastis. Tama jadi berani melakukan hal-hal diluar pikiran Dharma, bahkan musuh anak itu ada dimana-mana karena anak itu kertap melakukan tauran dan pernah tergabung kedalam sebuah geng yang diketuai oleh Tio. Dharma yakin, mungkin itu adalah alasan mengapa anak itu ada disini sekarang. 

"Kenapa lama sekali?!" Dharma tidak tahan lagi. 

"Sabar, pak, ini baru lima menit, perjalanan kesini memakan waktu lima belas menit."

Dharma kembali diam dengan tangan memegangi kepala yang terasa sakit, matanya yang mulai berair tak henti meneliti setiap sudut gedung usang itu. Lagipula bagaimana caranya ia bisa sabar, sedangkan anaknya berada disana dalam keadaaan bahaya. "Jangan sampai Tama terluka lagi." begitu katanya dengan suara yang bergetar. 

hai kawan-kawankuuuu gimana harinya? pasti baik-baik aja dong yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Lukisan Untuk Tama (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang