Bagian Delapan

1.7K 123 8
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻

Detik berganti menit. Ruangan yang semula hening karena baru hanya ada mereka di sana, perlahan ramai dan memenuhi setiap tempat yang masih kosong.

Buku-buku yang semula tersusun rapi pun sudah terlihat berpindah tempat ke meja-meja mahasiswa yang meminjamnya. Kelihatannya, ruangan yang cukup luas itu akan terlihat penuh sampai akhir perkuliahan nanti.

Dua manusia yang sudah menjadi penghuni tempat itu sejak pertama kali dibuka juga terlihat masih anteng dengan tumpukan buku di depan mereka. Entah karena apa, kelas mereka sama-sama kosong sampai jam ke tiga. Maka demi mengisi kekosongan waktu itu, salah satunya menawarkan untuk mengerjakan tugas di perpustakaan.

"Kedip kali, Na. Dari tadi lihat laptop mulu," cicit Syena yang sudah memperhatikan sahabatnya sejak tadi.

"Sorry, Sye. Aku harus cosplay jadi mahasiswa ngambis dulu biar cepet lulus," balas Aleena berhasil membuat kening Syena menyatu.

"Tumben? Biasanya kamu paling santai kalau masalah lulus," ujar Syena lagi.

"Itu kemarin, Sye. Sekarang beda. Pokoknya, aku sama Arjun harus ngejer target bisa lulus tahun ini." Aleena menimpali tanpa menoleh sedikit pun.

Paham dengan penjelasan perempuan di sebelahnya, Syena lantas mengangguk pelan. Ia baru ingat kalau sahabat mereka sudah terikat dan punya planning bersama untuk masa depan. Ia tahu itu karena Aleena yang menceritakannya.

Kadang, hal-hal seperti itu yang membuat Syena sempat iri dengan takdir mereka. Dua sahabat yang dipersatukan dalam ikatan suci. Satunya begitu peduli dan satunya lagi memang butuh bimbingan. Sangat serasi dan saling melengkapi.

Namun, perlahan rasa iri itu berubah dengan rasa bahagia di hatinya. Sebagai sahabat, Syena turut bahagia dengan kebahagiaan mereka berdua. Ia berharap, suatu saat nanti, ia juga akan dipertemukan dengan laki-laki seperti Arjun. Laki-laki yang tahu cara memperlakukan istrinya dengan baik. Sebagaimana Nabi memuliakan istrinya.

Hingga sekarang, harapan-harapan itu terus tumbuh menjadi sebuah doa dalam angan. Menyatu dalam satu ruang bernama percaya. Percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan dan menghadirkan di waktu yang tepat.

Siapa yang tahu, rasa percaya yang tertanam kuat dalam hati itu kini hampir menemukan masa panennya. Syena sudah bisa merasakan bahwa harapnya akan menuai bahagia. Itu semua bermula ketika seseorang datang ke rumahnya tempo hari.

"Na, aku mau ngasih tau sesuatu sama kamu," kata Syena siap memberitahu sebuah kabar yang pasti akan membuat sahabatnya terkejut.

"Apa itu?"

Tanpa menghiraukan sikap Aleena yang tidak juga menoleh ke arahnya, Syena tetap tersenyum dan mencari sebuah kolom chat yang akan ia perlihatkan pada sahabatnya.

Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang