Bagian Sembilan Belas

1.5K 97 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻
...

"Na,"

"Hm?"

"Zulfa kecelakaan karena mau nganterin makanan ke rumah," ungkap Arjun apa adanya. Tatapan matanya menyiratkan kekhawatiran. Ia khawatir menyinggung perasaan istrinya karena berita itu.

Tanpa berpikir panjang, Aleena menyahut dengan kalimat yang membuat Arjun tidak habis pikir.

"Berarti usulanku tadi udah tepat dong. Kita harus menjenguk Kak Zulfa besok," kata Aleena tidak terlihat seperti apa yang dipikirkan Arjun.

"Kamu serius, Na?"

Perempuan itu mengangguk cepat. "Memangnya ada yang salah, Jun? Menjenguk orang sakit 'kan salah satu kewajiban kita sebagai sesama muslim. Bahkan Rasulullah sangat menganjurkan hal tersebut."

"Iya, Sayang. Aku juga tahu itu."

"Terus kenapa nanya kayak tadi?"

"Kamu enggak cemburu?"

Aleena bergeming cukup lama. Sampai akhirnya, ia tersenyum dan menggeleng pelan.

"Sebenarnya, aku cemburu, Jun. Tapi kan, Kak Zulfa ngelakuin itu sebagai tanda ucapan terima kasih dia karena kamu udah nolongin Oma. Wajar aja kalau Kak Zulfa kayak gitu. Kalau aku jadi Kak Zulfa, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama, Jun," balas Aleena berhasil membuat laki-laki di depannya berdecak kagum.

Arjun pikir, perempuannya akan merasa kecewa atau bagaimana. Tetapi, semua pikirannya salah. Perempuan cantik itu sudah memiliki pemikiran yang lebih dewasa dari dirinya, dan Arjun sangat menghargai itu.

"Masya Allah ... istriku sudah dewasa ternyata," tutur Arjun mengelus rambut Aleena dan menarik kepala istrinya dalam pelukannya.

"Jun, kamu tau nggak?"

"Apa?"

"Aku kangen usapan tangan kamu. Aku kangen banget posisi nyaman ini. Dan yang paling aku rindukan adalah, suara tilawah kamu." Aleena mengungkapkan semua kerinduannya pada sosok itu. "Untung kemarin aku punya rekaman suara kamu. Jadinya, bisa sedikit mengobati rasa kangen aku."

Arjun kian melebarkan senyum mendengar cerita Aleena. "Sekarang mau dengerin langsung nggak?"

"Mau, tapi aku belum ingin tidur, Jun."

"Lho, kenapa? Memangnya nggak capek?"

"Aku masih mau cerita sama kamu. Pembahasan kita juga belum selesai," kata Aleena.

"Pembahasan yang mana?" tanya Arjun heran. Karena sejak tadi mereka membahas banyak hal dan ia tidak tahu, bagian mana yang hendak dibahas lagi oleh perempuannya.

"Tentang Kak Zulfa, tentang cinta pertama dalam hidup kita." Aleena mengambil jeda sejenak untuk memperbaiki posisinya agar lebih nyaman bercerita. Arjun juga sudah siap mendengar semua hal yang ingin dikatakan perempuan itu.

Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang