Bagian Dua

3.3K 186 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻

Keheningan malam itu berhasil terusik dengan dering alarm yang lupa disetel ulang. Seharusnya, malam indah nan panjang itu menjadi momen untuk menghilangkan penat yang masih melekat di setiap urat. Namun, sebelum azan berkumandang dan fajar menyingsing, kelopak matanya sudah terbuka karena tidak sanggup mendengar lengkingan yang akan terus berbunyi.

Aleena menggeliat pelan lalu mengedipkan mata beberapa kali. Pupil matanya melebar begitu mendengar dengkuran halus dibelakang telinganya. Spontan ia langsung bangkit dan menoleh ke belakang.

"ASTAGFIRULLAH!" Aleena berteriak kaget.

Sosok yang sempat terusik dengan teriakan itu juga membuka matanya perlahan. Samar-samar ia melihat wajah sang istri yang terkaget seperti melihat sosok makhluk gaib.

"Kenapa, Na?" tanya sosok itu dengan suara serak.

"Kamu ngapain di sini?" Aleena masih mengumpulkan kesadarannya.

"Tidurlah, Na. Masak mandi?" balasnya dengan mata yang tertutup setengah.

Dengan rasa malas karena kantuk yang masih kentara, sosok yang tidak lain adalah Arjun memilih untuk bangun dan menghadap Aleena agar istrinya itu tidak salah paham. Arjun maklum dengan sikap Aleena. Mungkin karena ini pertama kalinya, perempuan itu tidur dengan seorang laki-laki.

"Kamu lupa, ya? Kita udah nikah, Na. Jadi enggak apa-apa 'kan kalau aku tidur di sini?"

"Tapi 'kan bisa kasih tau dulu kalau mau tidur di sini," timpal Aleena.

Arjun mengucek matanya sebentar agar penglihatan matanya lebih jelas. "Aku udah izin kemarin malam, kalau kamu enggak lupa," beritahu Arjun.

Aleena bergeming mengingat kejadian sebelum tidur. Ia menggaruk kepalanya ketika ingatan itu hanya samar-samar di otaknya. Hal terakhir yang ia ingat adalah setelah makan malam, dia menghabiskan waktunya di sofa dan membaca novel di aplikasi. Setelah itu, dia mengantuk dan mungkin ketiduran.

"Jangan bilang kalau kamu yang bawa aku ke kasur?" panik Aleena.

"Daripada aku biarin istriku tidur di sofa? Nanti kalau kamu ngigau terus jatuh gimana?" ujar Arjun tersenyum.

"Kamu ... enggak ngapa-ngapain aku 'kan?"

Kalimat istrinya itu berhasil mengundang tawanya. Arjun mengacak rambut Aleena setelah tawanya mereda.

"Enggak, Sayang. Kita 'kan udah buat perjanjian, sebelum wisuda enggak boleh minta yang aneh-aneh. Mana tega aku lihat kamu ke kampus dengan perut buncit."

Aleena bergeming sebentar. Mengapa ia sering melupakan hal-hal penting seperti yang dikatakan Arjun tadi? Sejak kemarin, sepertinya laki-laki itu tidak pernah membahas perjanjian. Apa hanya Aleena yang tidak ingat?

Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang