بسم الله الرحمن الرحيم
🌻
Seperti Arjun, Aleena kini benar-benar memposisikan dirinya sebagai seseorang yang ambisius. Jika semester kemarin ia cukup menjadi mahasiswa aktif di kelas, maka sekarang ia harus menjadi mahasiswa super aktif agar targetnya tahun ini tercapai, yaitu lulus dengan predikat cumlaude, terbaik dan tercepat. Seperti yang diimpikan oleh dirinya dan juga Arjun.
Keseriusannya bisa terbaca jelas dari ketekunannya membolak-balik halaman buku, memainkan jemari di atas keyboard laptop, mencari dan memahami belasan bahkan puluhan jurnal setiap hari.
Disela-sela mengejar target dalam dunia pendidikan, ia juga menyempatkan diri untuk mengejar target ukhrawinya. Sesibuk apa pun dirinya setiap hari, ia tidak akan pernah lupa untuk menyisihkan waktunya satu jam hanya untuk menambah hafalan serta mengulangnya.
Seperti yang ia lakukan sehabis Isya' kali ini. Dengan mukena putih yang masih melekat di wajah cantiknya, Aleena dengan khusuknya membuka tutup mushaf di tangan sambil bergumam mengulang ayat-ayat yang ia hafal. Kegiatan tersebut ia lakukan sampai jarum menunjuk pukul setengah sembilan.
Malam ini, ia hanya mampu menyetor surah Al-Infitar. Itupun hanya lima ayat terakhir. Untuk surah selanjutnya, mungkin akan ia hafal sekaligus ia setor besok. Aleena berazzam akan menghafal setengah dari juz 30 sebelum berangkat ke tempat penelitian selama beberapa hari.
"Shodaqallahul'adziim ...."
Aleena menutup mushaf favoritnya setelah menghabiskan waktu satu jam, sesuai harapan. Ia pun bergegas ke nakas untuk meletakkan mushaf tersebut sekalian melepas mukena. Netranya melirik jam dinding, sudah jam sembilan tepat.
"Arjun kok belum balik-balik, ya?" gumamnya menggerakkan kepala ke sembarang arah.
Laki-laki itu langsung keluar kamar setelah sholat witir tadi karena harus menerima paket di depan. Namun sampai sekarang, sosok itu belum juga menampakkan diri. Maka dari itu, Aleena berinisiatif untuk menyusul ke bawah.
"Ar-"
Panggilan Aleena spontan terhenti ketika matanya melihat punggung Arjun. Samar-samar telinganya mendengar laki-laki itu tengah bersenandung kecil sambil memotong sesuatu di dapur. Karena penasaran, Aleena diam-diam berjalan mendekat.
Ketika jarak mereka hanya beberapa meter, senyum Aleena merekah seketika setelah mengetahui bahwa suaminya itu tengah melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan suara begitu kecil, persis seperti seseorang yang tengah bersenandung.
Aleena baru ingat kebiasaan laki-laki itu. Setiap kali melakukan sesuatu, lantunan indah nan merdu pasti akan terdengar dari mulutnya, baik itu lantunan sholawat ataupun hafalan Al-Qur'an. Hal itu adalah hal yang sudah biasa ia lakukan dan spontanitas terjadi di luar kendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️
Spiritual[SEKUEL BISMILLAH BERSAMAMU] *** Arana, dua insan yang dipersatukan takdir setelah mengalami luka dan keihklasan yang sama. Dua manusia yang merelakan takdir yang bukan milik mereka. Lalu membuka hati untuk menerima sosok yang sudah ditetapkan oleh...