بسم الله الرحمن الرحيم
🌻
Tanpa memedulikan rasa pening yang masih memenuhi kepala, perempuan itu langsung melepas selang infus yang menempel di punggung tangannya. Kabar dari sang mama berhasil membuat dirinya lupa akan pesan dari dokter tadi untuk menjaga diri. Yang ada dalam pikirannya sekarang hanyalah Arjun. Syena yang terheran-heran melihat tingkahnya pun hampir ia lupakan.
"Mau kemana, Na?" tanya Syena sedikit berteriak karena perempuan itu sudah hampir sampai bibir pintu.
Telinganya yang sempat menangkap suara itu spontan menghentikan langkah. Ia berbalik dan menepuk jidat karena hampir saja melupakan sahabatnya. Aleena kembali ke tempat sebelumnya dan menarik tangan Syena agar ikut bersamanya.
"Mau kemana? Dokter bilang kamu harus istirahat dulu, Na," peringat Syena yang belum tahu menahu soal kondisi Arjun.
"Arjun udah sadar, Sye," beritahunya dengan wajah cerah.
"Masya Allah ... serius, Na?" tanya Syena tidak percaya.
Aleena mengangguk cepat. "Tadi Mama nelpon. Makanya aku mau langsung ke sana," katanya sangat antusias. "Ayo, Sye!"
"Bentar, Na," cegah Syena malah menahan lengan Aleena agar berhenti sebentar.
"Kondisi kamu gimana? Kamu ingat, kan, kata dokter tadi? Kesehatan kamu harus dijaga karena sekarang kamu nggak sendiri, Na. Ada orang lain di sini," tutur Syena sambil menepuk perut Aleena pelan.
Aleena langsung tersadar dengan kalimat Syena barusan. Ia hampir saja melupakan status barunya. Ia pun mengangguk dan tersenyum.
"Iya, Sye. Aku bakal inget semua ucapan dokter. Aku janji akan menjaga diri dan calon malaikat kecil ini." Aleena juga ikut mengelus perutnya yang masih datar.
Syena tersenyum mendengarnya. Bersama Aleena, ia langsung ke luar menuju ruangan Arjun. Dari jarak sekian meter, dua kaum Hawa itu sudah bisa melihat seorang dokter tengah berbicara pada keluarga Aleena dan juga keluarga Arjun. Mereka pun semakin mempercepat langkahnya.
"Alhamdulilah. Pak Arjun baru saja melewati masa kritisnya. Setelah ini, kami akan melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan dan juga beberapa terapi untuk memulihkan kondisi Pak Arjun pasca koma," jelas dokter itu.
"Apa dia sudah bisa dijenguk, Dok?" tanya Nidya mewakili semua orang yang ada di sana.
Dokter paruh baya itu mengangguk. "Boleh, Bu, tapi diharapkan jangan terlalu sering diajak bicara, apalagi bergerak berlebih karena Pak Arjun baru saja sadar dari komanya."
Nidya mengangguk, begitu juga yang lainnya. Ia pun mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut sebelum dokter itu pergi. Begitu bayangan pria berjas putih itu menghilang, Aleena langsung menghampiri Kunna untuk menanyakan informasi yang telah terlewat olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️
Espiritual[SEKUEL BISMILLAH BERSAMAMU] *** Arana, dua insan yang dipersatukan takdir setelah mengalami luka dan keihklasan yang sama. Dua manusia yang merelakan takdir yang bukan milik mereka. Lalu membuka hati untuk menerima sosok yang sudah ditetapkan oleh...