بسم الله الرحمن الرحيم
🌻
Hembusan angin sore itu benar-benar terasa dingin menusuk tulang. Apalagi ia yang baru selesai melaksanakan sholat, membuat tubuhnya hampir menggigil karena bekas air wudhu yang masih melekat di kulitnya.
Aleena melongoskan kepalanya ke jendela, melihat derasnya hujan yang masih setia membasahi bumi tanpa ingin berhenti sesaat pun. Beruntung, gelagar petir atau semburat kilat tidak turut serta menemani. Jadinya, ia tidak perlu memanggil Arjun untuk datang menghilangkan ketakutannya.
"Arjun." Aleena kembali teringat pada sosok itu. "Hhh ... kenapa dia belum nelpon, ya?" gumamnya mengambil ponsel di dalam tas. Ia kembali memeriksa notifikasi yang ada pada benda pipih tersebut, tapi semuanya masih kosong. Tidak ada kabar apa pun dari laki-laki itu.
"Mungkin dia kejebak hujan," monolognya mencoba berpikir positif.
"Minum dulu, Na. Ini aku buatkan cappucino kesukaan kamu," kata Syena berhasil mengalihkan pandangannya.
Melihat sahabatnya datang, Aleena segera memperbaiki posisinya dan mengambil nampan yang dibawa Syena agar perempuan itu tidak kesulitan.
"Terima kasih, Sye. Maaf ngerepotin," ujarnya.
"Enggak ngerepotin sama sekali," balas Syena. Perempuan yang memakai abaya itu mengambil tempat di samping Aleena. "Arjun belum ada kabar?"
Aleena mengangguk seraya meneguk minuman yang dibuatkan Syena tadi. Setelah itu, ia kembali meletakkan gelas tersebut ke tempatnya.
"Mungkin dia masih di rumah Fikri, Na. Apalagi ini hujannya deres banget. Lagipula, dia pasti mikir kamu udah pulang sama aku," ujar Syena mencoba menghilangkan gurat tidak nyaman di wajah cantik sahabatnya.
"Aku juga berharap gitu, Sye. Tapi kok, dia nggak ngabarin aku, ya? Enggak biasanya. Handphonenya juga nggak aktif," kata Aleena mulai terlihat khawatir.
Syena sangat tidak bisa melihat sahabatnya memasang wajah seperti itu. Ia pun berusaha menenangkan Aleena dengan segala cara. Mengatakan alasan-alasan yang mungkin masuk akal dan bisa diterima oleh Aleena.
Dengan usahanya, Syena berhasil meyakinkan sahabatnya. Mereka pun mencari topik lain untuk diobrolkan demi menghindari kekhawatiran yang mungkin dirasakan oleh Aleena lagi.
"Ridwan belum pulang juga, ya?" tanya Aleena ketika tidak melihat suami sahabatnya itu di rumah Syena.
"Insya Allah pulangnya habis Magrib. Dia masih harus nganterin Umminya ke bandara."
Mendengar itu, Aleena mengangguk dan memilih untuk tidak menanyakan sosok itu lagi. Menit berikutnya, keduanya memilih untuk menikmati hawa dingin dari hujan yang terlihat mereda. Bersamaan dengan itu, benda yang berada di sebelahnya bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️
Espiritual[SEKUEL BISMILLAH BERSAMAMU] *** Arana, dua insan yang dipersatukan takdir setelah mengalami luka dan keihklasan yang sama. Dua manusia yang merelakan takdir yang bukan milik mereka. Lalu membuka hati untuk menerima sosok yang sudah ditetapkan oleh...