بسم الله الرحمن الرحيم
🌻
"Zulfa kabarnya gimana, ya? Rasanya kok udah lama aku nggak liat dia," kata Arjun tersenyum sambil menatap langit. Pandangannya teralihkan pada perempuan yang tertunduk di sebelahnya.
"Kamu nggak apa-apa, Na?" tanya laki-laki itu menyiratkan kekhawatiran karena melihat Aleena seperti sedang menahan sakit.
Mendengar dirinya dipanggil, pemilik nama itu mendongak dan mengukir senyum sebisanya. "A-aku nggak apa-apa, Jun."
Sungguh, aku baik, Jun. Melihat kamu tersenyum seperti ini adalah bahagia untukku. Meskipun sekarang, bahagianya kamu bukan karena aku. Aleena mengatakan kata-kata itu dalam hatinya sambil menahan sesak di sana.
"Syukurlah. Aku kira kamu kenapa-kenapa," ujar Arjun kembali pada pandangan sebelumnya. "Aku boleh tanya lagi, Na?"
Aleena tidak jadi menundukkan kepala mendengar Arjun bicara. Sebenarnya, ia ingin menolak pertanyaan yang diajukan olehnya. Namun, hati kecilnya memberontak. Ia ingin melakukan apa yang ia bisa untuk Arjun.
"Silahkan. Kamu mau tanya apa?" jawab Aleena terlihat begitu tenang. Padahal hatinya tengah berantakan dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan nanti. Apalagi jika itu menyangkut tentang Zulfa.
"Kemarin sebelum pulang, dokter pernah bilang, selain terapi, aku juga harus sering-sering melihat sesuatu yang menurutku istimewa. Agar semua ingatanku kembali seperti semula." Arjun memberi jarak pada kalimatnya.
"Yang ingin kutanyakan, apa yang terjadi sebelum aku dibawa ke rumah sakit? Dan apa benar, aku kehilangan beberapa ingatanku? Karena aku merasa, aku baik-baik saja. Tidak ada yang hilang sama sekali. Apa diagnosis dokter itu salah, ya?"
"Kamu yakin nggak ada yang terasa hilang?" selidik Aleena.
Arjun menaikkan bola matanya ke atas seperti sedang berpikir serius. "Aku masih ingat semuanya. Masih ingat kamu, Syena, dan lainnya."
Kamu memang masih ingat aku, Jun, tapi kamu lupa siapa aku dalam hidup kamu. Kamu lupa tentang pernikahan kita.
Aleena ingin sekali mengatakan kalimat itu sekarang, tapi ia tahan. Meyakinkan Arjun tentang statusnya bukanlah hal yang tepat. Kepala Arjun pasti akan sakit jika dipaksa untuk mengingat sesuatu, dan Aleena tidak mau hal itu terjadi pada suaminya.
"Na?"
"Iya?"
"Kok diem?"
"Enggak apa-apa, Jun. Aku masih tidak percaya, akhirnya aku bisa lihat kamu seperti ini lagi. Padahal sebelumnya, aku udah pesimis nggak akan bisa ngobrol sama kamu lagi," ungkap Aleena.
"Bisa tolong ceritakan apa yang terjadi sebelum aku di bawa ke rumah sakit?"
Sebelum bercerita, perempuan itu mengambil napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. "Aku belum tau kejadian detailnya seperti apa, Jun. Yang pasti, kamu kecelakaan ketika nekat menerobos hujan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️
Espiritual[SEKUEL BISMILLAH BERSAMAMU] *** Arana, dua insan yang dipersatukan takdir setelah mengalami luka dan keihklasan yang sama. Dua manusia yang merelakan takdir yang bukan milik mereka. Lalu membuka hati untuk menerima sosok yang sudah ditetapkan oleh...