Epilog

5.1K 194 6
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌻

Beberapa tahun kemudian ...

"Ayah!"

Panggilan indah itu membuat fokusnya terhenti. Ia yang semula duduk anteng di kursi dekat pohon mangga langsung berdiri ketika melihat sosok yang tengah berlari ke arahnya. Ia pun segera merentangkan kedua tangannya untuk menyambut sosok itu.

"Masya Allah ... jagoannya Ayah," ujarnya langsung menggendong bocah yang baru berusia empat tahun itu.

"Ayah, Ayah," panggil anak itu sambil menepuk pelan wajah ayahnya. "Ayah tau enggak? Alsya dapat nilai selatus dali Bu Gulu."

Tidak kalah antusias dengan putranya, Arjun langsung mengambil kertas yang diperlihatkan Arsya padanya. Wajahnya dua kali lebih bersinar setelah melihat nilai akademik yang tertera di sana.

"Masya Allah .... Abang hebat banget," puji Arjun mencium pipi Arsya dengan gemas.

"Alhamdulilah, Ayah. Itu kalena ada Allah yang bantu Alsya jawab soal kemalin, Yah," ujar anak itu.

Arjun mengangguk dan tersenyum mendengar jawaban puteranya. "Alhamdulilah ... Sekarang, Abang mau apa? Ayah beliin."

Anak itu mengetuk-ngetuk dagunya lucu. "Alsya mau pulang dulu aja, Yah. Nanti beli hadiahnya sama Dede Alifa aja, Yah."

"Berarti sekarang pulang, ya?"

Arsya mengangguk cepat. "Alsya pengen peluk Dede Alifa," katanya dengan senyum bahagia.

Tanpa membuat putranya menunggu lama, Arjun segera membawa putranya ke mobil dan keluar meninggalkan halaman sekolah.

***

"Assalamu'alaikum," ucap Arjun di ambang pintu.

"Assalamu alaikum, Bundaaaa!" pekik Arsya langsung berlarian ke dalam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Bunda di sini, Nak!" balas seseorang dari arah dapur.

Mendengar suara sang bunda, Arsya yang baru selesai meletakkan tasnya langsung berlari ke dapur. Sebelum itu, ia sempat mengambil rapotnya dan membawa ke sana. Ia langsung memeluk sang bunda yang sudah menyambutnya di sana.

"Gimana ujiannya, Sayang?" tanya Aleena.

"Alhamdulilah, Bunda. Alsya dapat nilai selatus," ujar anak itu menyodorkan rapotnya. Hal yang ia lakukan ketika bertemu ayahnya tadi.

"Abang dapat peringkat pertama di sekolahnya, Na," tambah Arjun yang baru datang.

"Masya Allah ... Solehnya Bunda hebat banget," puji Aleena dengan wajah bahagianya.

"Anaknya siapa dulu dong?" sahut Arjun.

"Anaknya Bundalah." Aleena berujar.

"Anaknya Ayah juga dong. Kan kita bikinnya sama-sama," balas Arjun.

Mendengar ucapan suaminya, Aleena lantas mencubit pinggang Arjun sampai laki-laki itu meringis.

"Aw. Sakit, Bun," keluh Arjun mengelus bekas tangan Aleena. Padahal, cubitan itu tidak terlalu kencang, tapi itulah Arjun. Suka berdrama di depan istrinya tercinta.

"Jangan lebay, deh, Yah," ucap Aleena tidak peduli.

Arsya yang melihat tingkah ayah bundanya langsung tertawa sampai gigi kelincinya kelihatan.

"Sekarang, Abang ganti baju dulu, ya. Habis itu kita makan. Oke?"

"Oke, Bunda!" Arsya mengacungkan kedua jempolnya. "Dede Alifa mana, Bunda?"

Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang