Bagian Tiga Puluh

2.6K 133 8
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻

Perempuan itu masih belum memahami situasi yang terjadi. Semuanya terasa seperti mimpi dan terlalu tiba-tiba tanpa ia duga. Entah karena apa laki-laki itu datang ke rumahnya untuk menemaninya cek kandungan.

"Nak? Kok masih diem di situ? Keburu siang, lho," tegur Kunna berhasil menyadarkan lamunan putrinya.

"Kenapa, Ma?" Aleena bertanya kembali untuk memastikan.

"Tadi Nak Arjun tanya, mau berangkat kapan? Bukannya dijawab, kamunya malah ngelamun," ucap Kunna menggelengkan kepalanya.

Aleena mengerjapkan mata sebentar agar kesadarannya pulih total. Setelah itu, barulah ia melihat wajah Kunna dan Arjun secara bergantian.

"Berangkat sekarang?" tanya Arjun lagi masih mempertahankan senyumnya. Senyum yang selalu Aleena rindukan.

Sekarang, perempuan itu mengangguk dengan cepat. Ia pun berpamitan pada Kunna dan berjalan menuju mobil Arjun yang terparkir di halaman.

"Duduk di depan aja, Na," titah Arjun ketika melihat Aleena hendak membuka pintu mobil di bagian belakang.

"Beneran enggak apa-apa?" tanya Aleena ragu. Padahal tidak ada masalah jika ia duduk di samping suaminya, tapi ia hanya takut Arjun merasa tidak sreg kalau duduk di depan.

"Enggak apa-apa. Ayo." Arjun tersenyum dan langsung membukakan pintu mobil untuk Aleena.

"Terima kasih."

"Sama-sama," balas Arjun belum juga menghilangkan senyum.

***

"Oh, ya, Jun. Kamu kok bisa tahu kalau aku mau cek kandungan?" tanya Aleena tidak mau penasaran lebih lama. Ia memberanikan diri untuk melirik laki-laki di sampingnya.

Arjun menoleh sebentar lalu kembali menatap jalan raya. "Tadi Syena nelpon. Dia minta tolong buat nemenin kamu ke rumah sakit. Hari ini dia mau nemenin suaminya ke rumah keluarga di Bandung."

Aleena hanya ber-oh panjang setelah mendengar penjelasan tersebut. "Harusnya dia ngasih tau aku," gumam Aleena mengecek ponselnya.

"Mungkin dia lupa, Na. Lagian, aku juga nggak lagi ngapa-ngapain," kata Arjun berusaha menghilangkan rasa bersalah pada perempuan itu. "Kapan lagi kan aku temenin bumil cek kandungan?"

Aleena spontan melihat ke arah Arjun yang terlihat bahagia. Kalimat terakhir itu berhasil melukiskan senyum indah di bibirnya. Bagaimana tidak? Ini adalah momen yang Aleena nantikan sejak pertama kehamilan. Meskipun ingatannya belum pulih, setidaknya Aleena bisa merasakan kehangatan dari sosok seorang suami pada Arjun.

"Punggung kamu udah baikan, Jun?" tanya Aleena mencari topik agar suasana dalam mobil itu menjadi hidup. Selain itu, ia juga ingin memanfaatkan kesempatan untuk mengobrol banyak dengan suaminya.

Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang