Bagian Satu

3.9K 229 7
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم


🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻

Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan.”

Arjun tersenyum dan menghela napas. Akhirnya ia berhasil mengucapkan kalimat itu dengan lancar tanpa hambatan. Hasbi dan beberapa orang yang ada di sana pun melakukan hal yang sama.

“Bagaimana saksi?”

“Sah?”

“SAH!”

Alhamdulillahirobbil’alamiin. Allahummaj’al hadzalaqdaaqdan mubarakan ma’shuman wa alqi bainahuma firqatan wa firaran wa khishaman wakfiihima mu’natad dunya wal akhirah.”

Arjun dan hadirin yang datang hari itu, bersama-sama mengaminkan doa itu dengan penuh keharuan. Tidak terkecuali gadis yang sudah menyaksikan sendiri bagaimana pelaksanaan akad dengan penuh khidmat itu dari dalam ruangan yang terpisah.

Genangan yang sudah memenuhi pelupuk mata, meluruh tanpa diminta. Mama dan sahabat yang menemaninya di sana pun langsung memeluk hangat dirinya.

“Alhamdulillah. Selamat ya, Na. Kalian sudah sah,” ujar Syena yang sudah balik dari rumah neneknya.

“Makasih, Sye,” balas Aleena mengusap sisa air di ujung matanya.

“Ayo, Nak. Kita keluar.” Kunna memberi intruksi.

Dua gadis itu pun mengangguk. Bersama Kunna di samping kanan dan Syena di samping kiri, Aleena berhasil sampai ke tempat akad meski dengan kepala yang masih menunduk. Sehingga ia tidak sadar jika Arjun sudah berada tepat di depannya.

“Udah, jangan nunduk terus, nanti kepalanya sakit,” kata Arjun tersenyum melihat gadis cantik di depannya.

Menyadari hal itu, Aleena mendongakkan kepalanya perlahan. Entah kenapa, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang melihat wajah Arjun. Padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini.

“Salim dulu, Nak,” bisik Kunna yang masih berdiri di samping putrinya.

“A-apa, Ma? Salim?” Aleena bertanya balik. Mungkin karena gugup, jadi otaknya belum bisa merespon cepat.

“Iya, salim dulu sama suami kamu.”

Mendengar itu, Arjun langsung mengulurkan tangannya. Sedangkan Aleena memilih untuk meremas sisi gaunnya demi menghilangkan keringat dingin yang sudah memenuhi telapak tangan. Begitu dirasa cukup, ia perlahan menggerakkan tangannya untuk menyambut uluran tangan itu.

Namun, ketika kulit keduanya hanya berjarak beberapa sentimeter, Aleena kembali menarik tangannya. Hal itu ia lakukan beberapa kali sampai membuat orang di sekitarnya gemas.

Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang