بسم الله الرحمن الرحيم
🌻
Hangatnya sinar mentari mulai membentang di seluruh penjuru. Hamparan warna kuningnya menjadikan semesta kian indah dipandang mata. Pun dengan sejuknya udara yang sempat menyela lewat kaca, membuat senyum yang tercetak manis di wajah tampan itu semakin mengembang.
Sesuai permintaan sang istri kemarin malam, hari ini ia akan menemani perempuan bergamis coklat muda itu ke rumah sakit. Menemui seseorang yang pernah menggores kenangan di masa lalu. Kenangan yang perlahan pudar karena telah terganti dengan warna yang lebih indah, yaitu hamba Allah yang bernama Aleena.
Sejak beberapa menit yang lalu, laki-laki itu sudah duduk dengan menopang dagu. Menatap lurus diiringi senyum pada sosok yang masih memoles beberapa warna pada wajah cantiknya. Tidak banyak dan juga tidak terlalu tebal, karena perempuan itu tidak terlalu suka menggunakan make up yang tebal.
Bahkan, yang ia tahu, perempuannya itu hanya menggunakan alat kecantikan itu pada keadaan tertentu saja. Kadang lebih sering ketika berada di rumah. Ia paham alasannya apa. Meskipun lebih sering terlihat natural dengan polesan make up tipis atau tanpa produk-produk itu sekali pun, perempuannya itu tetap terlihat cantik dan anggun di segala kondisi.
"Bukannya kamu udah pake yang itu, ya, tadi?" tanya Arjun ketika melihat Aleena kembali mengoleskan benda yang bentuknya hampir sama di bibirnya.
Aleena menjeda kegiatannya sebentar untuk melihat sosok itu. Ia tertawa kecil mendapati Arjun yang masih anteng di tempat duduknya. Entah kegabutan apa yang sedang dilakukan Arjun, sampai-sampai rela menunggunya berdandan di kamar.
"Tadi itu namanya lip balm, Jun. Kalau ini namanya lip tint," jelas Aleena menunjuk dua benda yang sebenarnya berbeda fungsi.
"Bedanya apa?" tanya Arjun begitu polos.
Aleena lantas memutar badannya menghadap suaminya. "Lip balm itu untuk melembabkan. Sedangkan lip tint untuk memberikan warna pada bibir. Jadi, aku biasanya pakai yang ini dulu, baru yang ini," jelas Aleena sambil menunjuk dua alat kecantikan itu bergantian. Tingkahnya bak aktris iklan di televisi.
Arjun yang belum mengerti salah satu 'dunia perempuan' itu hanya mengangguk singkat.
"Kamu mau coba?" tanya Aleena tiba-tiba beranjak ke tempat Arjun. Laki-laki itu spontan memundurkan wajah saat benda bulat yang dipegang Aleena itu hampir menyentuh bibirnya.
"Enggak mau, Na. Ya kali cowok pakai lipstik?"
Aleena berdecak. "Ini bukan lipstik, Jun. Ini tuh biar bibir kamu nggak kering. Sini!"
"Ini nggak ada warnanya 'kan?"
"Enggak, Sayang."
Arjun tertegun mendengar panggilan Aleena untuk pertama kalinya. "Kamu bilang apa tadi, Na?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️
Spirituelles[SEKUEL BISMILLAH BERSAMAMU] *** Arana, dua insan yang dipersatukan takdir setelah mengalami luka dan keihklasan yang sama. Dua manusia yang merelakan takdir yang bukan milik mereka. Lalu membuka hati untuk menerima sosok yang sudah ditetapkan oleh...