Bagian Sepuluh

1.9K 123 26
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻


Gemercik air yang membasahi celah-celah dedaunan terdengar semakin deras. Beriringan dengan gemuruh langit yang kian menggebu. Gelapnya semesta yang seharusnya masih bersinar terang, berhasil membuat seseorang yang terduduk di depan halte kembali mengeratkan jaketnya. Hawa sore itu membuat suasana di sekitarnya menjadi lebih dingin dari sebelumnya.

Ia yang entah sejak kapan ada di sana, kembali melirik jam tangan lalu menghembuskan napas panjang. Sudah hampir satu jam ia menunggu seseorang di tempat tersebut, tapi sampai hujan turun deras pun, sosok yang ditunggu belum juga menampakkan hidungnya.

"Arjun!"

Panggilan itu sukses mengalihkan pandangannya. Senyum tipis tercetak begitu saja tatkala netranya menangkap sosok perempuan cantik yang berdiri di ujung jalan dengan payung hitam. Ia langsung berdiri untuk memberi instruksi. Tepat saat itu, sosok itu melambai.

"Tunggu aku di sana," ucapnya yang juga ikut tersenyum. Ia dengan wajah bahagianya langsung berlari kecil menembus jutaan tetes air yang masih saja menyerbu bumi.

Dari tempat yang sama, laki-laki dengan jaket tebal itu masih memantau perempuannya dengan binar yang tak kalah terang. Namun, binar tersebut seketika hilang saat matanya melihat ke arah lain. Sebuah truk besar yang melaju begitu kencang. Kelopak matanya melebar sempurna ketika kendaraan beroda empat itu bergerak ke arah sosok yang sedang berlari ke arahnya.

"Aleena!" Ia memanggil nama itu agar mempercepat larinya. Namun sepertinya, derai hujan berhasil mengalahkan suaranya. Alhasil, perempuan itu masih memelankan jalannya karena tidak menyadari bahaya yang sebentar lagi mengancam.

Laki-laki itu hendak berlari menjemput perempuan itu, tapi kakinya terasa ditahan. Ia tidak bisa meraih tangan perempuannya. Sedangkan kendaraan itu kian mendekat ke arahnya.

"NA, AWAS!"

Brak

Perempuan itu tidak bisa menghindar ketika jaraknya dengan truk tersebut hanya puluhan meter. Tubuh mungilnya pun terpelanting jauh dari tempatnya tadi.

"ALENA!!"

Laki-laki itu berteriak sekencang-kencangnya. Dengan mengerahkan segenap tenaga, ia langsung berlari menerobos hujan yang masih saja mengguyur tanpa henti. Air yang mengalir dari pelupuk matanya tak kalah deras dengan butiran hujan yang menghantam tubuhnya.

Kekuatannya untuk berjalan seketika hilang saat matanya melihat perempuan yang memiliki senyum indah itu sudah tergeletak lemas di tepi jalan. Cairan segar yang mengalir dari pelipisnya perlahan dibasuh oleh tetesan hujan yang turun semakin deras. Semestanya pun semakin gelap dan temaram.

"ALEENAA!"

Ia berteriak lagi, kini dengan cucuran keringat yang membasahi wajahnya. Matanya yang terpejam memaksa untuk dibuka. Hingga akhirnya, sebuah sentuhan berhasil membawanya ke realita.

Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang