Bagian Empat Belas

1.4K 97 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻

Kereta yang membawa mereka dari Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Karawang berhasil sampai pada pukul setengah tujuh malam. Kemudian dari stasiun menuju kecamatan Jatisari akan mereka lewati dalam waktu satu jam menggunakan mobil.

Beruntung, salah satu dari mereka merupakan warga asli masyarakat sana, jadi mereka tidak kesulitan dalam masalah kendaraan ketika akan berangkat ke tempat penelitian. Enam mahasiswa itu akan berangkat ke tempat tujuan yang terletak di desa Mekarsari setelah sholat Isya' dan makan bersama di rumah Fitrya.

"Mungkin kita akan sampai desa jam sepuluh malam lewat jalan tol. Itu pun kalau perjalanannya lancar," tutur Fitrya di sela makan malamnya.

Kelima temannya langsung mengangguk paham. Mereka pun segera menyelesaikan makan malam dan bergegas melaksanakan sholat berjamaah yang diimami oleh Hisyam.

Enam menit berlalu, mereka kini sedang bersiap-siap untuk perjalanan selanjutnya, yakni menuju Desa Mekarsari. Kemarin, mereka sengaja memilih desa itu karena beberapa hal. Selain pemandangan di sana yang begitu indah, adat istiadat serta keadaan sosial masyarakatnya menjadi alasan utama mereka memilih tempat itu untuk melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana.

"Guys, aku ke belakang dulu, ya," kata Aleena sebelum mereka masuk mobil. Ia harus memberi kabar pada Arjun,  berhubung jaringan di tempat itu masih bagus.

Setelah mendapat anggukan dari teman-temannya, perempuan berjaket tebal itu langsung pergi ke halaman belakang. Tanpa menunggu lama, Aleena langsung menekan sebuah nomor dan menunggu pemiliknya mengangkat teleponnya.

Panggilan pertama tidak berhasil tersambung. Aleena kembali menekan nomor yang sama dan menunggu sampai beberapa menit kemudian. Helaan napasnya terdengar berat ketika ia hanya mendapat jawaban dari operator.

"Kalau panggilan ketiga nggak dijawab, berarti fiks aku harus ikhlas nggak denger kabar Arjun tiga hari," gumam Aleena memencet nomor yang sama untuk terakhir kalinya.

Tut ...

Panggilan tersambung. Hal itu membuat Aleena sedikit bersemangat. Ia seperti mempunyai harapan untuk sekedar mendengar suara Arjun sebelum ia berangkat ke desa.

"Assalamu'alaikum, Na."

Hati Aleena berdesir seketika. Ia sangat senang karena Arjun mengangkat teleponnya.

"Alhamdulilah, tersambung juga," ujarnya bahagia. Senyumnya kian melebar mendengar tawa Arjun di seberang sana.

"Udah sholat?"

Aleena mengangguk cepat, meskipun ia tahu anggukan tersebut tidak bisa dilihat oleh laki-laki itu. "Udah tadi, jamaah. Aku juga udah murajaah surah yang kemarin," beritahu Aleena.

Takdir untuk Arana [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang