"lo gak capek, Sach?"
SachㅡRaiga tak mengalihkan tatapan kesalnya dari sepasang kekasih bergandengan tangan yang sedang melangkah menuju parkiran, ia bahkan mengacuhkan pemilik suara yang melemparkan pertanyaan yang jelas sekali ia mengerti maksudnya.
"maksud Hakai itu, apa lo gak capek kejar-kejar Jazel? i mean dia itu gak minat sama lo, Rai."
kini Hakai si pelaku pelempar pertanyaan yang diacuhkan oleh Raiga itu mendengus kesal sebelum ikut menatap kearah pandang Raiga yang jatuh pada seorang pemuda membonceng seorang gadis menuju keluar area sekolah, "Jazel juga gak semenarik itu kali."
"itu menurut lo, Hakai."
"lagian apasih yang lo cari dari bartender kayak dia, huh? gue sama Yaresh sampai gak habis pikir." cerca Hakai lagi yang langsung diangguki Yaresh.
"yea, disaat banyak dominan lain yang berusaha dapetin attention lo yang padahal dengan gampangnya Jazel dapetㅡdia justru nolak lo berkali-kali, Rai." Yaresh mengungkap fakta, "berarti lo kurang menarik dimata Jazel."
Raiga berbalik menghadap kedua teman dekatnya itu, "I'm less attractive how?"
"selain kurang menarik, kayaknya Jazel juga gak minat sama bekas orang."
what the fuck..
"mana ada sih orang yang mau pakai bekas orang? apalagi sering dipake, haha." lanjut Hakail yang semakin sengaja ingin membuat submissive dihadapannya kesal.
"justru itu seharusnya Jazel mau sama gue, sialan!"
Yaresh dan Hakail speechless, keduanya saling bertukar pandang. "Mana ada kayak gitu? dimana-mana itu semua orang mau jadi yang pertama, bukan kesekian." hardik Yaresh.
"otak lo dangkal, Rai. Efek sering kesedak sperma ya gitu." tambah Hakail.
"yaelah, maksud gue itu dia seharusnya mau sama gue karena gue proㅡ"
"pro apa? problematik atau pro diranjang?"
Yaresh tertawa mendengar Hakail menyambar ucapan Raiga yang belum sempat terselesaikan.
"bangsat lo, Kail."
"ya thanks, you're a bitch too." balas Hakail dengan ekspresi mengejek.
"udah cukup, ayo pulang." lerai Yaresh yang sudah tidak tahan dengan perdebatan diantara Hakail dan Raiga, "Rai? lo gak bawa mobil kan?"
Raiga yang masih menatap sengit kearah Hakail itu pun reflek mengangguk.
"main ke rumah gue aja deh, ayo." ajak Hakail dengan santai mengacuhkan tatapan Raiga.
"sorry, gue ada janji samaㅡ"
"om lo? tobat deh, Resh."
Yaresh merotasikan malas matanya, "lo gak usah ngurusin gue deh."
"dasar gila."
Raiga menyimakㅡkini perdebatan dipindahkan pada Hakail dan Yaresh.
"gila-gila gini juga temen lo, Kail." balas Yaresh.
"haduh, maksud gue tuh lo mikir pake otak lah.. om lo udah beristri dan lo mau-mau aja jadi selingkuhan beliau? apa uang dari ayah dan papa lo kurang?" cerca Hakail yang tak habis pikir dengan kelakuan Yaresh yang sudah cukup sangat sejauh ini.
"hiburan, Kail." decak Yaresh.
"dominan masih banyak, bukan om lo doang."
"lo masih sama om Ken, Resh?"
Hakail melirik Raiga, "nasihatin tuh temen lo yang mau aja jadi selingkuhan om sendiri."
"gak waras lo, Resh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperado
Fanfiction‹ discontinued › hubungan darah belum tentu bisa mencegah nafsu bejat, "we are related by blood Abisatya." (n) bxb. kalau tidak suka dengan genre atau pair cerita, jangan baca.