sedikit relate sama alurnya, keturunan dan kesenangan, btw mulmednya bisa diputer ngga?
d e s p e r a d o
Hari-hari Raiga kembali berjalan seperti biasanya, selayaknya sebelum sang paman menghancurkan dirinya setiap malam. Hari ini, sudah genap seminggu pasca seks terakhirnya dengan sang paman, tepatnya sudah kembali hari Senin. Setelah upacara bendera yang terhitung sejam lebih sedikit, Raiga dan kedua temannya itu memutuskan beristirahat sejak dikantin untuk menghilangkan dehidrasi mereka selama berdiri dibawah sinar matahari lagi yang sebenarnya tidak begitu panas.
"perut lo gak apa kan, Kai?" tanya Raiga karena wajah Hakail sedikit terlihat pucat, sejak masuk kelas tadi sih Raiga memperhatikan wajah Hakail yang pucat itu.
Hakail menggeleng meskipun tangannya kanannya memegang perutnya, mungkin kram karena terlalu lama berdiri(?) Hakail juga tidak tau, yang ia tau saat ini hanyalah perutnya yang terasa sakit.
"kram kah?" terka Raiga dengan tatapan curiga lantas mendapatkan balasan senyum konyol dari Hakail, "duduk yang bener dan coba lebih rileks." ujar Raiga dituruti oleh Hakail.
"harusnya tadi lo izin sakit ke UKS aja daripada kecapekan berdiri." celetuk Yaresh yang kembali ke bangku setelah mengambil kertas untuk menuliskan pesanan mereka.
"santai aja lah, gue baik-baik aja."
Raiga mendelik atas pernyataan santai yang dilontarkan Hakail, "lo gak apa tapi bayi lo yang kenapa, Kai."
"bawel ah," sungut Hakail.
"gue peduli sama lo dan bayi loㅡ"
Hakail mengangguki cepat pernyataan Raiga lalu beralih menatap Yaresh, "gue mau seblak level lima, Resh, mumpung jam pertama kita jamkos juga kan." usulnya membuat Raiga menggeleng tak setuju atas pesanan Hakail.
"lo mau bayi lo mandi air cabe gegara lo makan seblak level lima, Kai?" tukas Raiga sengaja dan sedikit kasar. Tapi, tenang.. nada bicara Raiga pelan dan lagi bangku mereka ada dipojok serta jauh dari jangkauan pendengaran para beberapa siswa-siswi yang saat ini juga berada dikantin.
"yehh, mana ada kayak gitu? kayak lo udah pernah hamil aja." delik Hakail sinis karena akhir-akhir ini Raiga lebih banyak mengomelinya selama disekolah maupun dgrup chat.
"dibilangin jangan ngeyel, ntar lo kepedesan terus sakit perut kan malah bahaya, Kai." tambah Yaresh yang sependapat dengan Raiga, "level satu aja biar gak pedes-pedes amat ya? atau mending gak sama sekali, ganti menu?"
"oke, lah" pada akhirnya Hakail pasrah dan setuju meskipun ekspresinya sedikit menunjukkan ketidak relaan untuk mematuhi perkataan kedua sahabat dekatnya itu, "deal level satu setengah ya?"
"well good, level sepertiga aja." putus Raiga dan langsung dicatat oleh Yaresh tanpa memperdulikan Hakail yang sudah mulai ngambek karena pesanannya semakin dirumah ke level kepedasan yang paling kecil.
"I want to eat spicy alias ini gue lagi ngidam lho.. kenapaㅡ"
Raiga menyambar tanpa menatap Hakail yang sudah melemparkan tatapan memelas kearahnya yang untungnya membawa ponselnya sebagai objek pengalihan pandangan, "selagi ngidam lo itu bisa membahayakan maka harus dihindari."
"lo mau pesen apa, Sach?" tawar Yaresh yang juga mengalihkan atensi dari Hakail.
"I don't want to eat heavy, gue sandwich sama jus jeruk aja." usul Raiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperado
Fanfiction‹ discontinued › hubungan darah belum tentu bisa mencegah nafsu bejat, "we are related by blood Abisatya." (n) bxb. kalau tidak suka dengan genre atau pair cerita, jangan baca.