"Jazel..!"
Di depan pintu ruang UGD yang tertutup, bukan hanya Jazel yang berbalik setelah mendengar seruan dari pria berusia empat puluhan yang berjalan tergesa ke arahnya, yang mana juga membuat Nizam, Hakail dan Yaresh berbalikㅡDua submissive itu sempat tidak mengira jika orang tua Raiga, Yudhis dan Winatha akan datang secepat ini.
"Paman, tenang.. Raiga sudah ditangani Dokter." Jazel menenangkan Yudhis yang terlihat panik, ia juga meminta ayah dan baba Raiga menarik dan menghembuskan nafas sebelum berbicara.
"Apa yang terjadi pada Raiga? Maksud saya, bagaimana bisa Raiga dibawa ke rumah sakit?" Tanya Winatha pada Jazel kemudian menatap bergilir dua submissive muda yang ia kenal sebagai sahabat putra tunggalnya, "Hakail.. Yaresh, apa yang terjadi?"
"Mn, baba.." Yaresh menelan ludahnya, sedikit banyak gugup karena tatapan tajam Yudhis terarah padanya, "Tadi setelah ujian kami mendapatkan informasi jika ada kertas ujian yang akan dibagikan.. tapi, berhubung ada beberapa siswa-siswi kelas kami yang belum selesai ujian, alhasil kami menunggu di kantin dan berniat memesan sesuatuㅡ"
"Apa Raiga makan sesuatu?" Tanya Yudhis memastikan, "sembarangan?"
"Saat istirahat Raiga hanya makan bekal yang dibawanya dari rumah," Jelas Yaresh memberanikan diri, "Kami tadi baru akan memesan makanan dan tiba-tiba Raiga meringis kesakitan pada bagian perutnya sebelum pada akhirnya pingsan, saya dan Hakail panik.. untungnya tadi Jazel dan Nizam mampir ke kantin dan membantu kami membawa Raiga ke rumah sakitㅡ"
"Jadi, kenapa saat Raiga pingsan.. kalian berdua tidak langsung menghubungi saya atau Winatha? Ha? Bagaimana jika tadi Jazel tidak mampir ke kantin dan melihat kalian?" Introgasi Yudhis memotong penjelasan Yaresh.
Yaresh melirik dan sedikit menyenggol lengan Hakail yang beruntungnya berdiri di sampingnyaㅡIa memberikan isyarat melalui tatapan agar temannya itu membantunya, Hakail pun langsung menjelaskan sebisa mungkin, "Sebelum pingsan.. Raiga meminta kami untuk menghubungi paman Madava, syukurnya sempat terjawab tapi langsung dimatikan dan sampai saat ini paman Madava belum datang."
"Anak itu kenapa malah menghubungi si brengsek itu!" Desis Yudhis kesal terlebih dua sahabat dari putranya itu mematuhi perintah putranya, "Hh, paman sangat berterima kasih pada kalian berempat yang sudah membawa Raiga ke rumah sakit,"
"Tidak perlu berterima kasih, paman.." Ujar Yaresh tidak enak, "Raiga adalah teman kami.. jadi, apa pun yang terjadi pada Raiga di sekolah atau saat bersama kami maka Raiga adalah tanggung jawab kami."
Yudhis tersentuh, walaupun ia tahu dua teman putranya itu membawa pengaruh buruk pada putranya, tetap saja ia bersyukur karena putranya dijaga dengan baik walau sudah dirusak. Ah, mau bagaimana pun, Yudhis tetap tidak menyukai pergaulan putranya bersama dia submissive itu. (belibet anjir, maaf wb)
"Kalian bisa pulang sekarang, anak-anak."
"Tapi, Raiga.. kami inginㅡLebih tepatnya saya dan Hakail akan menunggu Raiga hingga sadar, kami khawatir." Dengan sopan, Yaresh menolak sebab ia benar-benar khawatir terhadap kondisi Raiga saat ini.
"Yaresh, orang tua kalian bisa khawatir jika kalian tidak segera pulang.." Bujuk Winatha sebisa mungkin meminta teman-teman putranya pulang, karena ia khawatir jika informasi tentang kondisi kehamilan Raiga terbongkar.
"Pamanㅡ"
Nizam yang berdiri di samping Yaresh pun menyentuh lengan Yaresh dari belakang, "Iya, ayo pulang.. nanti jika Raiga sudah sadar, ia pasti akan menghubungimu."
"Ya, benar.. paman akan meminta Raiga menghubungimu jika dia sudah sadar, atau nanti paman akan menghubungi kamu dan Hakail." Winatha menyetujui bujukan pemuda yang baru pertama kali ini ia temui, sekilas ia melirik bet name yang terpasang pada seragam pemuda ituㅡNizam Daksanathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperado
Fanfiction‹ discontinued › hubungan darah belum tentu bisa mencegah nafsu bejat, "we are related by blood Abisatya." (n) bxb. kalau tidak suka dengan genre atau pair cerita, jangan baca.