28 › pengharum.

944 114 8
                                    

"menurut kalian, Madava gimana?"

aktifitas Hakail dan Yares terhenti, keduanya kompak menatap penuh selidik kearah Raiga yang tiba-tiba angkat bicara setelah sejak pagi tadi membisu dan hanya memberikan anggukan atau gelengan untuk merespon segala apa yang mereka berdua bicarakan.

"setelah lo bisu sejak pagi, ini lo tiba-tiba tanya tentang Om lo? a bit surprised,"

Hakail mengangguk setuju, "emang kenapa lo tanya pendapat kita tentang Om lo? ada sesuatu kah?"

"just answer it." desis Raiga.

Yares mendengus malas sembari menopang dagunya dengan tangan di atas meja kantin, "my first impression of your uncle was... I thought he was possessive and very mature considering his age, dia juga kelihatan gak main-mainㅡmaksud gue tuh, dia tipe orang yang serius dan gak gampang diajak bercanda," jedanya sembari melirik ke sekitar tempat mereka duduk di kantin yang lumayan ramai mengingat sekarang adalah jam istirahat, "gue masih inget cerita lo, he's a pedophile and a pervert.. yeah, so far that's what I think about your uncle." berakhir sudah ungkapan kesannya tentang Madava Abisatya.

"gue setuju sama pendapat Yares, more or less yeahㅡgue pikir dia beneran sama lo, i mean dia incar lo." imbuh Hakail dengan ekspresi seriusnya menatap Raiga, "emang kenapa lo tiba-tiba tanya tentang pendapat kita tentang Om lo? there's something going on between you and your uncle?" terkanya mengundang tatapan selidik Yares yang terarah langsung pada Raiga yang terlihat tersentak kecil, "jangan bilang kalau lo naksirㅡ"

"gak! I don't have a crush on Madava," sanggah Raiga sebelum Hakail menuduhnya, "I'm not the one who has a crush but he's the one who has a crush on me."

"ow, gue gak kaget." celetuk Yares santai, berbeda dengan Hakail yang sudah memasang ekspresi serius.

"dia naksir lo?"

Raiga mengangguk seadanya, "he said he loves me." ia pun bingung karena sejak semalam sampai detik ini secara sadar terus memikirkan perkataan Madava.

"berapa kali gue bilang, dia cinta lo atau cinta tubuh lo?" ujar Hakail tajam tidak sadar jika sudah menusuk hati Raiga, "hhh, gue gak ada maksud bikin lo terlihat menyedihkanㅡtapi, lo harus tau kalau orang yang suka bahkan cinta sama seseorang itu gak akan ngerusak orang yang dicintainya, but you? you have been damaged too much by him, you have suffered sexual violenceㅡitu bukan cinta melainkan nafsu, please.. don't be stupid." tajam sekali, Yares sampai tidak berani menyela.

"gue tau kalau gue bukan someone who is holy, but at least I don't want you to get caught in a vicious circle." dalam sekali perkataan Hakail kali ini, "gue juga say sorry kalau gue adalah orang yang udah ngajak lo masuk ke lingkaran setan, gue yang ngenalin tentang dunia rusakㅡ bahkan gue adalah orang pertama yang bikin lo rusak, oh.. bahkan pun gue yang ngajak lo rusak." Hakail menarik nafasnya, "I'm sorry because I introduced you to what alcohol, sex and other bad things are."

Yares memegang bahu Hakail yang duduk di sampingnya, "bukan salah lo doangㅡgue juga ikut salah, lo tertekan gini.. okay? kasihan bayi lo."

"toh gue yang minta kalian kenalin that bad things, I want all of that." ujar Raiga yang tidak mau Hakail merasa lebih tertekan, "gue baik-baik aja, gak rusakㅡlagian apa itu rusak? gak ada yang rusak karena gue ngerasa nyaman."

"sorry, Rai.."

"it's okay." Raiga menyodorkan segela jus mangga ke hadapan Hakail yang terlihat akan menangis, "jangan nangis di sekolah njir, gue sama Yares bisa diamuk Justin nanti." candanya berhasil membuat Hakail tertawa pelan, "awas aja kalau nanti-nanti lo masih mikir itu, gue gak akan segan buat semakin ngerusak diri sendiri atas kemauan gue sendiri."

Desperado Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang