15 › hapus.

1.4K 198 31
                                    

jika Raiga tidak munafik, ia akan mengakui permainan atau lebih tepatnya hukuman yang diberikan Madava itu sangatlah berhasil membuatnya gilaㅡsakit? iya, merasakan sakit. Tapi, puas dan nikmatnya itu dapat ia rasakan ketika mendapatkan cumbuan liar dibawah tubuh dominan Abisatya itu.

mengesampingkan rasa sakit bekas cambukan semalam, Raiga meregangkan tubuhnya diatas ranjang kamar Madava tanpa adanya si pemilik kamar yang ia pikir sedang membersihkan diri karena mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi yang ada didalam kamar.

Raiga menghela nafas pelan, "gawat kalau ayah pulang terus paman beneran kasih tau tentang akun itu.." gumamnya pelan sembari mengingat-ingat perbincangan semalam dan ia berharap jika ponsel yang sengaja ia sembunyikan didalam lemari kamarnya itu masih berada dilemari, "apa hapus akun aja ya?"

klek

pintu kamar mandi terbuka menampakkan sang paman yang terlihat segar setelah mandi, pria dominan itu berjalan mendekati ranjang ketika bersitatap dengan sang keponakan yang masih berbaring santai dengan terbalut selimut yang menutupi tubuh eloknya.

"mandi atau saya mandikan?"

Raiga mendelik sinis, "dasar pedofil."

"your language, kid."

"sorry, uncle." lalu Raiga melemparkan senyum mengejeknya kearah Madava sebelum beranjak dari ranjang menuju kamar mandi dengan selimut yang ia bawa untuk menutup tubuh telanjangnya.

Madava menggeleng keheranan dengan tingkah Raiga, untuk apa pula tubuh telanjang itu ditutupi jika hampir seminggu ini sudah diperlihatkan dihadapannya?

"dasar bocah."

d e s p e r a d o

akun terhapus.

Raiga bernafas lega ketika akun nakalnya sudah berhasil ia hapus tanpa membalas puluhan DM dari para dominan yang menanyakan keadaannya yang sudah lama tidak memposting foto terbaru.

sekilas Raiga membaca pesan notifikasi yang muncul; wassaf dari dua teman brengsekkknya yang sedari kemarin menanyakan kondisinya, ah! mungkin kedua temannya itu mengkhawatirkan kondisi Raiga yang dua hari lalu dikeroyok dominan bajinganㅡmengingat kejadian itu sebenarnya membuat Raiga masih ingin marah bahkan mengamuk pada Nizam si pelaku utama tetapi sayangnya submissive itu tidak melakukan itu karena ia lebih dulu mengakui dan malu jika merasa puas atas apa yang didapatkan dari kelakuan bejat para pemuda dominan bajingan itu.

masa bodoh aja sih, Raiga juga nggak bawa perasaan seriusㅡtoh karena kejadian itu dia bisa dapat perhatian dari Jazel tercinta ya meskipun pada akhirnya juga dapat hukuman dari Madava brengsek.

intinya Raiga sudah tidak peduli terhadap Madava karena bentar lagi kedua orang tuanya pulang yang berarti kemungkinan besar Raiga akan terbebas dari paman brengseknya itu dan bisa leluasa cari perhatian Jazelㅡya, semoga seperti itu nanti.

"kamu kenapa tersenyum tidak jelas seperti itu?"

Raiga tersentak dengan reflek langsung menoleh kearah ambang pintu kamarnya dan mendapati sang paman berdiri dengan wajah datar, "emang kenapa sih? mau aku senyum jelas atau nggak juga bukan urusan paman." balasnya masih dengan nada sengit.

"mau ikut jemput orang tuamu nggak?"

"jam berapa?" balik tanya Raiga meskipun ia sempat mendengar perbincangan semalam.

"empat sore."

"nggak ah," kemudian Raiga merebahkan tubuhnya diranjang tanpa memperdulikan Madava yang masih berdiri diambang pintu kamarnya, "paman aja yang jemput mereka."

Desperado Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang