13 › pulang.

1.5K 159 6
                                    

"maaf, tuan.. kedua teman tuan muda tidak dapat dihubungiㅡnomor tuan muda pun juga tidak aktif, tuan.."

brak

"bajingan kecil itu terlalu pandai.. sialan!"

seluruh pelayan dan bodyguard rumah Abisatya menunduk takut ketika mendengar gebrakan meja disertai dengan umpatan keluar dari mulut putra bungsu Abisatya itu.

"cari alamat rumah kedua teman Raiga, cari sampai ketemu." titah Madava mutlak sebelum berlalu menuju lantai atas, jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan ia butuh istirahat sejenak dari pikirannya yang terus melayang memikirkan sang keponakan.

"I should have put a tracking device inside that little bitch."

d e s p e r a d o

tepat pukul tujuh Raiga membuka kedua matanya dan mendapati dirinya berada disebuah ruang kamar yang sangat tidak familiar sebelum kedua matanya menangkap keberadaan seorang pemuda yang tertidur pulas diatas sofa ruang kamar.

terakhir Raiga mengingat jika dirinya berada disebuah kamar basecampㅡah, Raiga ingat jika dirinya digangbang oleh Nizam, Samuel, Gavian dan Justin.

sialan, Raiga jadi ingat jika badebah Nizam itu menipunya hanya untuk bercinta, brengsek! Raiga mengumpati sosok Nizam dalam hatinya sebelum beranjak dari ranjang untuk mendekati sosok pemuda yang masih tertidur pulas disofa.

perlahan Raiga melangkah dan berjongkok disamping sofa, ia tersenyum tipis melihat wajah damai sosok yang tengah tertidur ituㅡJazel Aryathama, sosok yang didamba Raiga dan sosok yang berkali-kali menolak Raiga.

Raiga tertawa pelan, pikirannya tiba-tiba tersangkut pada sebuah pertanyaan tentang bagaimana bisa dirinya berada didalam kamar yang ia yakini adalah kamar Jazel? bagaimana bisa Jazel membawanya pulang ke rumah dominan itu? dari mana pula Jazel mendapatkan dirinya ketika terakhir ia ingat jika ia jatuh pingsan karena terlampau lelah melayani empat dominan bejat? ah, apa Jazel membawanya pulang ketika ia sedang dalam keadaan kacau dan sehabis diperkosa? dalam keadaan berantakan?

pemikiran yang singgah itu membuat Raiga memperhatikan tubuhnya sendiri yang dibalut dengan kemeja kebesaran dan celana pendek yang memperlihatkan paha yang dihias dengan banyak tanda.

ugh, Raiga meringis dibuat malu meskipun ia seperti tidak memiliki rasa malu, ia berpikir kembali tentang bagaimana dengan pemikiran Jazel ketika melihat kondisi kacaunya semalam? ah, demi apapun Raiga akan menghajar Nizam selaku dalang dari semua yang terjadi padanya.

Raiga bangkit dari jongkoknya dan hendak memasuki kamar mandi untuk sekedar mencuci wajah bantalnya. Namun, langkahnya tertahan berkat gerak-gerik Jazel yang sepertinya terbangun.

buktinya pemuda itu menguap sebelum membuka lebar kedua mata sipitnya lalu beralih duduk yang membuat Raiga menghadap pemuda itu.

dengan senyum lebar tanpa adanya rasa malu yang singgah, "selamat pagi." Raiga menyapa bahkan bersitatap dengan Jazel yang hanya menatapnya datar.

"kapan lo bangun?"

Raiga melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima menit, ah! berarti selama lima menit tadi ia berpikir sembari menatap Jazel, "lima menit lalu."

"oh." Jazel meregangkan tubuhnya yang cukup pegal karena tidur disofa.

"Jazel."

Jazel melirik Raiga yang masih menatapnya dengan serius yang justru terlihat lucu untuk ukuran submissive seperti Raiga.

"kenapa lo gak tidur diranjang aja?"

"jangan gila."

"hah?" Raiga sedikit memiringkan kepalanya, "kan tidur? lagian lo gak minat sama gue, jadi gak mungkin jugaㅡ"

Desperado Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang