06 › mini skirt.

2.8K 197 5
                                    

"gue akui dia cantik, tapi ya gak gitu juga lah.. caper banget sih."

"tapi lucu juga ya?"

"kayaknya power keluarganya gede banget deh, guru-guru pada gak negur."

"haha, dipuasin tuh."

"maksudnya?"

"ya dia ngangkang didepan guru lahㅡ"

seketika bisik demi bisik dikoridor terhenti saat Raigaㅡyang menjadi bahan itu berhenti melanjutkan langkahnya, ia berbalik untuk melihat orang yang telah menyuarakan suatu hal negatif tentang dirinya.

sejenak, Raiga menatap tiga perempuan yang tadinya membicarakannya tanpa rasa enggan bahkan dengan suara keras. Dengan tatapan bitchy dan decakan malas, Raiga berbalik meninggalkan koridorㅡmengacuhkan belasan bisikan gosip mengenai dirinya yang kembali terdengar, membuat Raiga mengepalkan kedua telapak tangannya; tanpa mengetahui jika ada segerombolan pemuda memperhatikannya.

"interesting."

"taklukin lah."

"bukannya dia naksir Jazel?"

"yea, tapi menurut gue sih mungkin dia mau aja sama lo kalo cuma urusan seks."

seringaian remeh muncul, "berapa?"

"apanya, Zam?"

"servicenya."

"selagi dia dapet enak, gratis." celetuk pemuda tinggi yang memiliki tanda nama Justin.

"lo serius?" selidik salah satu pemuda yang sedikit lebih tinggi dari pemuda yang sebelumnya menyeletuk, namanya Samuel.

pemuda bernama Justin itu mengangguk dengan ekspresi santai, "ya."

"dari mana lo tau?" pincingan mata penuh penasaran dilayangkan pemuda bernama Gavian.

"gue pernah main sama dia."

"bangsattt?" hardik pemuda bernama Hema yang benar-benar terlihat tidak percaya dengan ungkapan temannya itu.

Justin tertawa pelan. "Gue yakin lo puas, Zam." ia beranjak dan menepuk bahu pemuda yang beberapa menit lalu mengungkapkan ketertarikan dengan mantan partner satu malamnya, "gak usah mikirin dia naksir Jazel karena kalo udah menyangkut urusan seksㅡdia mau sama siapa aja asal bisa bikin dia puas."

"sasimo, pantes ditolak Jazel."

"tapi menurut gue, Jazel gila sih karena nolak Raiㅡ"

"gimana bisa lo bilang Jazel gila cuma karena nolak Raiga?"

"dia nolak kesenangan, Sam."

"kesenangan lo bilang? mana ada sih yang mau bekasan?"

"Samuel, mulut lo anjing."

"terlebih dia juga pernah main sama temennya Jazel." sindir Samuel yang jelas-jelas tertuju pada Justin, "pantes kalo Jazel nolak dia."

"haha, lo gak bisa lo ngontrol mulut lo ya? atau perlu gue kontrol?" belum sempat Justin melangkah mendekati Samuel, lengannya lebih dulu ditahan oleh Gavian yang posisinya sedari tadi berdiri disebelahnya.

"Samuel, lo mending pergi dulu deh."

"kenapa?"

"mulut lo lemes, haha."

"lo pada gak ngaca? mulut lo semua lebih lemes karena ngomongin submissive."

"bangsat lo."

Samuel tertawa pelan, "gue pergi dulu deh." dengan ekspresi mengejek, Samuel pergi meninggalkan teman-temannya itu.

Desperado Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang