30 › rusak.

914 127 28
                                    

"Berapa usiamu?"

Raiga menurut saja, membiarkan sang Dokter memeriksa tubuhnya sejak sepuluh menit lalu, "Delapan belas tahun, Dok."

"Ah," Sedikit terkejut, Dokter bernama Javian lantas menoleh ke arah Yudhis dan yang lainnya, "Saya harap kalian lebih ekstra menjaga Raiga."

"Maksudnya apa?" Winatha bertanya khawatir melihat gelagat sang Dokter yang cukup mencurigakan, "Putraku sakit apa, Dok?"

Dokter Javian beranjak dari tepian ranjang Raiga, "Saya tidak tahu ini kabar yang buruk atau baik untuk kalian," Jedanya mendekat Yudhis dan Winatha, tak melupakan anggota keluarga Abisatya yang berdiri di dekat pintu kamar, "Raiga sedang mengandung."

Nafas Raiga tercekat mendengar pernyataan sang Dokter, dengan spontan tangannya menyentuh perutnya yang masih rata.

"Apa?"

Winatha memegang dadanya, terkejut adalah jawabannya. "Tidak! Itu tidak mungkin," Sanggahnya menolak informasi yang diberikan Javian, "Anda pasti salah memeriksa.." Masih kekeh menyanggah guna meredam emosi Yudhis yang tersulut.

"Kau tidak berbohong, Jav?" Yudhis harap Javian salah memberikan informasi.

Javian menggeleng pelan, "Sesuai dengan gejala yang telah disebutkan, yang dialami Raiga adalah ciri-ciri kehamilan, Yudhㅡ"

"Bajingan mana yang membuatmu seperti ini, Raiga!"

Raiga tersentak di tempatnya duduk ketika sang Ayah berteriak membentaknya, "Ayah.." Lirih Raiga dengan kedua mata sudah berkaca-kaca di saat sang Ayah mendekat dan mencengkram lengannya.

"Jawab!"

"Aku."

Deg

Seluruh anggota keluarga termasuk Dokter Javian menoleh ke arah ambang pintu kamar, tempat seorang pria Abisatya berdiri.

Yudhis menoleh dengan tatapan nyalang setelah melepaskan cengkramannya pada lengan sang Putra, "Apa maksudmu, Madava?"

"Aku bajingan yang membuat Putramu seperti ini."

"Madava!" Sentak Nyonya besar Abisatya.

Madava Abisatya tidak memperdulikan sentakan sang Mama, ia berjalan masuk mendekati Yudhis yang berdiri di samping ranjang Raiga.

"Kau jangan bercanda!"

Tanpa memikirkan konsekuensinya, "Aku tidak pernah bercanda."

Bugh

"Katakan sekali lagi!" Yudhis mencengkram pakaian Madava setelah melayangkan pukulan pada rahang Madava, "Kauㅡ"

Madava menatap tepat pada kedua bola mata sang Kakak yang saat ini menatapnya nyalang, "Ya, aku melakukan itu." Seolah sudah siap menerima konsekuensinya.

"Bajingan."

Bugh

"Ayah!"

Seluruh anggota keluarga tidak berkutik sama sekali, Tuan besar Abisatya dan Nyonya besar Abisatya terlihat memproses informasi dan kejadian yang baru saja terjadi, sementara Avgian dan Javian memilih mengalihkan pandangan ketika Yudhis memukul Madava.

Winatha mendekat dan mengusap punggung Raiga guna menenangkan kepanikan Putranya itu, "Tenang, tidak apa-apa.."

"Apa yang kau pikirkan saat melakukan itu pada Putraku, bajingan?!" Yudhis tidak menghentikan aksi kekerasannya pada sang Adik, "Dia Putraku! Yang berarti dia adalah Keponakanmu, sialan!"

"Yudhis,"

Yudhis membalas panggilan Tuan besar Abisatya dengan nada ketus, "Diamlah, Putramu ini sudah terlalu bajingan."

Desperado Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang