Yaresh berjengit kaget ketika sepasang tangan melingkar tepat dipinggangnya, detik berikutnya ia mengenali parfum pemilik tangan itu. "Kamu kenapa keliatan kesal, sayang?" Nah, suara rendah itu milik pamannyaㅡKen, yang kini meletakan dagunya pada bahu sang keponakan, "apa yang membuat kamu kesal?"
"umm.." jemari Yaresh mengusap tangan Ken yang masih melingkar dipinggangnya sebelum berbalik menghadap pria berusia tiga puluh tahun itu, "I have an ex asshole and he is in a relationship with my friend, I'm afraid that my friend will be treated like me." berucap sembari memperlihatkan wajah kekhawatirannya.
Ken meraih dagu Yaresh, mencium singkat bibir tipis itu. "Gak perlu khawatir, your friends are just like youㅡ It's not easy to get hurt or dissolve in sadness." ujarnya guna menenangkan sang keponakan.
Yaresh mendelik dengan tatapan tak setuju terarah pada sang paman, "aku gak gampang sedih katamu? hei! aku sedih ya setiap kamu menghabiskan waktu bersama istirmu itu! setiap kamu mengabaikan pesanku hanya demi istri tercintamu itu, I'm sad and feel worthless! dan aku berpikir jika aku hanyalah pemuas nafsumu ketika istrimu itu menolak ajakan seksmu!" cerca pemuda itu dengan nada penuh kemarahan yang memuncakㅡberhasil membuat Ken terdiam tanpa sepatah kata.
"lagian apa yang masih ingin kamu pertahankan dengan wanita itu ketika she didn't want to have children and preferred her career instead, hah?" Yaresh melepaskan tangan Ken dari pinggangnya sebelum berlalu menuju dapur untuk mengambil minumㅡmeninggalkan sang paman dibalkon apartemennya.
Ken mengumpat dalam batinnya, segera ia menyusul sang keponakan yang nampaknya marah besar atas perkataannya yang terkesan meremehkan perasaan sedih yang dimiliki sang keponakan. "Sayang, aku gak bermaksud seperti itu.."
"so? kamu bilang tadi aku gak gampang sedih itu apa?" Yaresh menatap malas Ken yang berdiri didepan pantry, "aku memang gak sedih waktu Nizam mutusin aku karena hubungan kita itu cuma taruhanㅡtapi aku bisa sedih waktu diabaikan kamu." lalu menegak habis segelas air putih dingin.
"I know, I'm sorry for that, sayang."
Yaresh menggeleng sinis, "jangan bilang maaf kalau nanti kamu ulangi lagiㅡ"
drtt.. drttt..
tangan Ken langsung mengambil ponselnya yang berada didalam saku celana kantornyaㅡmembuat Yaresh merotasikan malas matanya sembari menghela nafas kasar, "who? your beloved wife right?" lalu berdecak sinis ketika melihat Ken terdiam menatap layar ponselnya sendiri, "jika kamu berani membalas pesan sialan dari Yarasya ituㅡmaka jangan harap pintu apartemenku terbuka untukmu dan jangan harap kamu bisa bertemu denganku."
Ken membalas tatapan Yaresh sembari memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya, "what if I don't reply to the message?" berjalan mendekati sang keponakan yang tersenyum penuh kemenangan, "what will you give me in return?" berdiri tepat dibelakang Yaresh sembari mengendus leher jenjang milik keponakannya ituㅡberhasil membuat Yaresh memejamkan mata sejenak dengan senyum kemenangan yang masih terlihat jelas dibibir pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperado
Fanfiction‹ discontinued › hubungan darah belum tentu bisa mencegah nafsu bejat, "we are related by blood Abisatya." (n) bxb. kalau tidak suka dengan genre atau pair cerita, jangan baca.