Madava menatap nafsu pemuda tujuh belas tahun yang saat ini menungging dihadapannya dengan kedua tangan pemuda itu bertumpu pada dinding kamar mandi.
ya, seharusnya pagi mereka mandi bukan bercinta selama sejam lebih. Salahkan saja kebejatan Madava Abisatya yang benar-benar melupakan jika pada faktanya darah Abisatya juga mengalir didalam tubuh pemuda yang hampir seminggu ini ia setubuhi tanpa rasa bosan.
"i'll get you pregnant until you can't fuck with another dominant, Sach."
Madava benar-benar gila, ia mengabaikan rintihan kesakitan bahkan permohonan Raiga dengan tetap menghentakkan miliknya dengan kasar tanpa aba-aba ke dalam lubang Raiga yang sudah lecet sejak adegan semalaman suntuk.
"anhhh... pamanhh!"
Madava mencium tengkuk Raiga sembari berbisik, "you enjoyed it right?" dengan miliknya yang ia hentak semakin dalam sehingga membuat keponakannya itu berseru.
"stophh! please.. pamanh!"
"call my name not my status, Sach!" tangan Madava menarik surai Raiga sampai submissive itu berdiri tegak tanpa melepaskan penyatuan mereka.
Raiga menggeleng pelan, tangisnya sudah pecah, It hurts. Mungkin benar jika submissive Abisatya itu menyukai kekerasan dalam seksㅡtetapi ada batasan kekerasan yang tidak dan ia inginkan.
"listen to me, call my name when we're making love." tekan Madava dengan nada rendah guna menginginkan keponakannya itu. "I swear I will give you punishment if you call me that damn nickname when we're making love." tiga hentakan terakhir, Madava menekan miliknya begitu dalam pelepasannya telah sampai.
Madava gila, ia benar-benar memenuhi perut Raiga dengan spermnya. Dominan Abisatya itu tersenyum puas sebelum melepaskan tubuh Raiga yang amburk begitu saja diatas lantai kamar mandi yang dingin. "Your hole is narrow like heaven to mine." lalu ia berjongkok dihadapan Raiga yang terengah, "I hope your hole stays narrow after giving birth to my offspring or maybe ours."
Raiga termangu saat Madava menyentuh dagu dan mencium bibirnya sekilas."Take a shower here and I'll shower in another bathroom." ujar Madava sebelum beranjak keluar kamar mandi setelah memakai bathrobe.
"he's a fucking bastard.." ringis Raiga dengan tatapan miris terarah pada sperm milik Madava yang mengalir keluar dari dalam lubangnya, dia kecewa ketika dia tidak bisa memberontak pamannya yang berlaku sangat kurang ajar.
Raiga menangis keras di kamar mandi bahkan ia berusaha mengeluarkan semua sperma pamannya dari dalam lubangnya, meskipun usahanya sia-sia.
submissive Abisatya itu tidak ingin menyalahi hubungan darah Abisatya, Raiga tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa bahkan marah besarㅡtidak ingin, tidak pernah ingin.
d e s p e r a d o
"aktifkan seluruh cctv rumah kecuali lantai atas."
bodyguard rumah Abisatya itu mengangguk patuh ketika Madava memberikan perintah yang terdengar serius.
"tetap pantau kemana saja dan dengan siapa saja Raiga pergi."
"baik, tuan."
setelah memberi perintah, Madava beranjak dari sofa menuju lantai atas; kamarnya untuk memastikan keadaan keponakannya yang mungkin saja sudah selesai membersihkan diri.
klek
"I've asked your teacher for permission if you don't go to school today." celetuk Madava ketika mendapati submissive Abisatya yang sedang berkaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperado
Fanfiction‹ discontinued › hubungan darah belum tentu bisa mencegah nafsu bejat, "we are related by blood Abisatya." (n) bxb. kalau tidak suka dengan genre atau pair cerita, jangan baca.