17 › hukuman.

1.8K 160 9
                                    

⚠️ Madava itu Kanada apa Amerika sih? aku lupa beneran atau malah belum aku kenalin identitas kewarganegaraannya ya?

d e s p e r a d o

Raiga mengabaikan tatapan mengintimidasi yang dilayangkan Madava ketika ia menuruni tangga bahkan detik ini memeluk baba yang baru saja datang memasuki rumah, "kalian lama banget pulangnya? mana oleh-oleh buat aku?"

"kok nanyain oleh-oleh? pelukan buat ayah mana nih?" balas Yudhis yang berdiri disamping Madava, membuat Raiga menoleh kearah Yudhis.

Abisatya muda itu melepaskan pelukannya dari sang baba lalu berjalan mendekati sang ayah untuk memeluk dominan paru baya itu, "ayah nggak apa-apain baba kan? ah, inget umur dong! aku udah cukup buat kalian berdua." ujar Raiga dengan ekspresi curiga menatap Yudhis yang tentunya membuat Winatha tertawa.

"sedikit aja ayah apa-apain baba."

mendengar balasan sang ayah, Raiga langsung melepaskan pelukannya dari sang ayah yang saat ini tertawa puas, "tuhkan! jangan bilang alasan kalian flight ke China mendadak itu cuma buat gituan!" gerutunya.

mendengar itu, Winatha langsung menengahi supaya tidak terjadi perdebatan diantara ayah dan anak itu. "Kamu ambil aja oleh-olehnya langsung didalam koper abu ya? baba sama ayah istirahat dulu, Rai." ujar Winatha yang mengintruksi Raiga bersamaan dengan tiga buah koper masuk dibawakan oleh bodyguard.

"yeppp, istirahat dengan benar okkai? nanti kalau sudah waktu makan malam aku panggil ayah dan baba." balas Raiga dengan senyum lebar mengingat oleh-oleh yang dibelikan kedua orang tuanya.

Yudhis turut tersenyum melihat Raiga yang sudah beranjak menuju ruang tv untuk membongkar koper yang sudah diseret putra tunggalnya itu, kemudian pria berusia empat puluhan itu beralih pada pria yang jauh lebih muda darinya.

"pasti kamu merasa kesulitan saat menjaga serta mengawasi Raiga selama aku dan Winatha di China ya, Madava?" pertanyaan Yudhis itu berhasil menyentak atensi adik beda ibunya itu yang rupanya sedari tadi tanpa Yudhis sadari jika Madava tengah menatap lamat putra tunggalnya.

"not difficult but not easy, Yudh."

d e s p e r a d o

Jam makan malam tiba dan berbagai macam menu makan malam sudah dihidangkan diatas meja makan oleh beberapa pelayan rumah.  Raiga yang turut membantu menata makanan itu pun langsung beranjak menuju kamar kedua orang tuanya yang berada dilantai atas untuk sekedar memberitahu jika sudah waktunya mereka makan malam.

tok.. tok.. tok..

diketuknya pintu kamar utama dan langsung mendapatkan balasan, "ya, sebentar."ㅡsingkat dari sang ayah.

setelah itu Raiga langsung melengos menuju kamar sangㅡ"Uncle, it's time for dinner." kamar Madava yang letaknya berjarak dua pintu dari kamar utama.

melihat gagang pintu bergerak terbuka dan menampakkan sang paman yang sudah berbalut piyama, Raiga spontan melangkah mundur untuk memberikan jalan pada sang paman.

Madava berdehem dengan wajah yang amat datar dimata Raiga saat ini, "Sach."

"huh?"

"don't think that I'll be silent just because of the existence of your parents."ujar  Madava yang melangkah mendekati Raiga yang turut semakin melangkah mundur dengan ekspresi panik ketika merasakan pinggangnya bertubrukan dengan pagar pembatas lantai atas, "hukuman yang saya katakan siang tadi akan tetap berlaku."

kedua tangan Raiga terangkat untuk menahan dada Madava yang semakin mengikis jarak keduanya bahkan kedua tangan Madava berada dikedua sisi pinggang Raigaㅡ"please.. paman, don't do anything crazy around my parents." okay, seperti Raiga tidak bisa berlaku mengabaikan Madava seenaknya meskipun kedua orang tuanya sudah berada dirumah.

Desperado Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang