"dalam rangka apa lo pake gituan?"
Raiga menatap bingung atas pertanyaan yang dilontarkan Hakail, "apa?"
dengan dagu Hakail menunjuk kearah dada Raiga. "Nipple clamps lo keliatan, bodoh." hardiknya seketika membuat Raiga melihat kearah dadanya sendiri.
"keliatan banget?"
"iyalah tuh sragam lo putih kayak gitu ya jelas keliatan, bodoh." saut Yaresh yang ikut memaki, "lagian lo ngapain pake nipple clamps disekolahan? sange atau lo sengaja biar dilecehin guru?" tuduhnya.
Raiga mendelik sengit, "bangsat omongan lo!"
"paling juga dia lagi pengen dilecehin Jazel, Resh." celetuk Hakail mengundang tawa dari Yaresh.
"lo berdua kalo ngomong dijaga, gila!" desis Raiga yang cukup merasa dipermalukan meskipun saat ini kondisi kantin tidak begitu ramai.
"ya lo aneh." maki Yaresh, "kalo pake gituan tuh dirumah atau dibar! bukan disekolahan, slut."
Raiga bersungut kesal dalam hati, memakai nipple clamps disekolah bukanlah idenya melainkan perintah sang paman yang menghukumnya karena mengumpati paman bejatnya itu.
"pakai dan jangan dilepas sampai saya memerintahkan."
sial, Raiga terjebak dengan rasa tertariknya yang terlena ingin mencoba sang paman yang justru memanfaatkan keadaannya.
d e s p e r a d o
"buka."
kedua mata Raiga membulat dengan mulut yang sudah siap menghujat sang paman jika saja tidak mengingat deretan hukuman yang bisa saja ia dapatkan hanya karena memaki sang paman, "banyak pelayan.."
"then?"
"aku malu." Raiga memendam umpatannya daripada harus memakai vibrator disekolahan, ya, itu hukuman selanjutnya.
sang paman menilik sekitar, rumah sang kakak memang memiliki banyak pelayan yang bekerjaㅡdan dari banyaknya pelayan itu, beberapa tanpa sengaja melihat adegan tak senonoh yang dilakukannya pada Raiga didapur kemarin malam, untung uang masih dibutuhkan sehingga dengan mudah pria dua puluh tujuh tahun itu menyodorkan jutaan uang supaya pelayan-pelayan bungkam.
"Sach Raiga."
"paman, jangan disini.." pinta Raiga pada sang paman yang kini tertawa pelan.
"bukankah biasanya kamu suka mempermalukan dirimu sendiri?"
Raiga akui jika apa yang dikatakan pamannya itu benar. Tapi, untuk sekarang? tidak, Raiga sedang tidak memiliki selera untuk mempermalukan dirinya.
"you want more things, Sach?"
"noo, paman.." menggeleng panik, Raiga segera melepaskan kancing seragamnyaㅡyang langsung menunjukkan dada dan perutnya yang dipenuh dengan tanda bercinta hasil semalam hingga pagi tadi.
sang paman melangkah lebih dekat, membungkuk guna menyamakan tinggi dengan dada sang keponakan yang kedua putingnya sudah memerah bahkan bengkak sebab benda biadab yang dipasangkan sedari pagi tadi.
"this is cute right?" dengan lancang sang paman menekan nipple clamps sehingga puting keponakannya itu semakin terjepit dengan sangat teramat sampai menimbulkan keluhan kesakitan yang keluar dari mulut sang keponakan.
"akhh, pamanhh.. sakith!"
si paman tersenyum lebar sebelum melepaskan satu dari dua nipple clamps itu, "seductive swelling." celetuknya.
Raiga yang masih merasa kesakitan pun melotot kaget saat tubuhnya diangkat seperti karung. "Paman! kita mau kemana? turunkan aku!" protesnya tak digubris dengan jawaban yang seharusnya.
"enjoy heaven on earth, Sach."
Raiga tidak bodoh, ia jelas tau apa maksud dari surga dunia.
brug
tubuh submissive Abisatya itu terlempar diatas ranjang kamar sang paman yang rupanya sudah dibersihkan dari kekacauan yang diperbuat mereka semalam.
"pakai kondom, aku tidak mau memiliki anakku yang sekaligus sepupuku juga!"
"tidak ada kondom dikamar ini, Sach."
Raiga menahan umpatannya, "ambil dikamarku.. paman!"
"watch your toneㅡdon't scream except to moan my name, Sach."
sial.. sialan! Raiga sedikit menyesali kesepakatan yang ia tawarkan pada sang paman. Ya, sedikit menyesali karena sang paman sangat tidak tau diri saat menggunakan tubuhnya.
"umhhh, Madhhh!"
lagi, sore ini kamar itu kembali dipenuhi suara biadabㅡsprei ranjang yang awalnya sudah bersih dan rapi kini kembali berantakan, basah dan lengket.
d e s p e r a d o
"mas, kata asisten kamu urusan disini hanya sampai besok?"
Yudhis mengangguk-angguk.
"terus kenapa mas bilang ke Raiga kalau kita di China selama seminggu?"
"daripada pusing dirumah menghadapi Raiga, aku ingin berlibur berdua bersamamu.. Sach." balas Yudhis, "lagipula biarkan Raiga diurus Madava." Ya, diurus dalam artian yang tidak akan pernah Yudhis sangka.
"baiklah..tapi, apa aku boleh menghubungi Madava? aku hanya ingin bertanya keadaan Raiga, apa dia masih kelayapan dijam segini atau sudah tertidur."
"do what you want, Sach."
Winatha tersenyum lebar ketika mendengar jawaban sang dominan, ia segera meraih ponselnya dan menekan kontak adik iparnya. Tiga menit berlalu tanpa adanya jawaban atas panggilannya, Winatha mencoba menghubungi telpon Raiga yang rupanya tidak aktif.
Yudhis yang tadinya fokus pada iPadnya menoleh kearah submissivenya, "kenapa?"
"nomor mereka tidak aktif.." Winatha berujar dengan nada pelan yang menandakan kekecewaan.
"mungkin mereka sudah tidur."
Winatha mengrenyit, "bagaimana jika tidak?"
d e s p e r a d o
"besok tidak usah sekolah."
tubuh Raiga sakit karena perbuatan pamannya yang rupanya benar-benar tidak waras. "Mana bisa? besok aku ada ulangan harian." sungutnya.
"dengan kondisi seperti itu kamu ingin pergi ke sekolah?" Madava menaikkan satu alisnya, "jangan gila." tangan kanannya ia ulurkan untuk memeluk tubuh sang submissive sekaligus mengusap pelan perut rata sang submissive yang berbaring membelakanginya.
"ini semua karena paman."
"but you enjoy it, Sach."
Raiga merona, sialan. "Ya.. iya itu karena paman." ia malu meski tidak berhadapan dengan wajah sang paman yang sekarang posisinya berbaring dibelakangnya dengan keuntungan milik sang pamannya itu masih berada didalam lubangnya meski sudah pelepasan beberapa menit lalu, sedikit saja bergerak maka suara biadabnya akan leluasa keluar dari mulut kotornya.
tangan sang paman perlahan naik dan memilin puting Raiganyang semakin membengkak, "does that mean I managed to satisfy you?"
"tiㅡahh!"
tanpa aba-aba Madava kembali menghentak miliknya masuk lebih dalam pada lubang Raiga. "Once again you say no even though you are sighing, I will not hesitate to fill your hole with my sperm."
Raiga meringis nyeri saat tubuh bagian atas dan bawahnya kembali dimainkan oleh sang paman, "dasar gilaㅡ"
"want another punishment? okay, tomorrow you have to wear a short skirt without underwear, Sach."
desperado; paman?
diketik; 12 Februari 2023.
dipublikasi; 13 Februari 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperado
Fanfiction‹ discontinued › hubungan darah belum tentu bisa mencegah nafsu bejat, "we are related by blood Abisatya." (n) bxb. kalau tidak suka dengan genre atau pair cerita, jangan baca.