"Tak semua luka mampu disembuhkan dalam jangka waktu cepat, tak semua orang kuat menyembuhkan lukanya sendiri."
Adiga Maheswara Pandjaitan
🥀🥀🥀
Malam ini seusai pulang dari rumah sakit, Firman menyempatkan dirinya untuk makan malam di sebuah rumah makan dekat Universitas Bibit Sakti. Ini kali pertamanya makan di sini karena penasaran dan menyediakan makanan favoritnya yaitu Gudeg.
Tempat ini sudah sepi pengunjung, meskipun begitu masih ada beberapa mahasiswa yang kebetulan tengah menongkrong seraya mengerjakan tugas.Firman yang tengah fokus menyantap hidangan, tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang membentaknya dari belakang.
"Brama, Ya Allah. Bikin kaget saya saja."
Tanpa merasa bersalah, pria berambut gondrong itu menyengir kuda dan langsung duduk di kursi.
"Sorry, Bro, Lo fokus banget ampe gue panggil nggak denger," kekehnya. Sepiring Gudeg menyita perhatiannya. "Oh, pantesan lagi makan Gudeg, toh."
"Iya, ini rasanya enak dan sepertinya tempat ini akan saya sering kunjungi, Insya Allah,"
"Selamat malam, Mas. Mau pesen apa?" Tanya seorang pelayan yang baru saja menghampiri meja mereka.
Setelah membaca daftar menu, Brama pun memilih nasi goreng daging sapi juga jus jeruk. "Ini dan ini 'ya, Mbak. Nasi gorengnya yang pedes kayak omongan tetangga." Kekehnya.
"Nisa?"
"Mas Firman?" Seperkian detik pandangan mereka beradu, tetapi Nisa segera menundukkan pandangannya.
"Loh? Ini Nisa? Pangling cuy!" Sahut Brama.
"Anda bekerja di sini rupanya," ucap Firman.
Gadis itu mengangguk. "I--iya, Mas. Baik, saya permisi dulu." Entahlah, jantungnya berdebar kencang sekarang.
"Cupu! Sini, kita mau pesen!" Brama dan Firman yang juga mendengar panggilan itu langsung terdiam.
Saat ingin menghampiri meja teman-temannya, Nisa terjerembab ke lantai akibat tersandung kaki salah satu pengunjung yang sengaja menghalangi jalannya. Insiden itu menimbulkan gelak tawa dan cemoohan dari mereka.
"Kok malah turu? Tapi, nggak papa si itu lantai tuh tempat yang pantes buat Lo."
"Kerja dong! Malah turu!"
"Kasian, deh, Lo!"
Merasa tak terima, Firman menggebrak meja dan langsung menghampiri Nisa.
"Apa-apaan ini? Nggak pantes kalian ngomong kayak gitu!" Ujar Brama yang menyusul. Mereka terdiam, tak bersuara sedikitpun. Sementara itu Nisa bangkit kembali namun ia tak berani menatap ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang Terobati (END)
General Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] The Fragavidma dikejutkan dengan penemuan seorang pendaki yang tak sadarkan diri di lembah hantu, ternyata mempunyai wajah yang serupa seperti mendiang Alena. Namun, siapa sangka pertemuan itulah justru menjadi awal lembaran...