"Dua insan telah bersatu dalam sebuah ikatan, yang di mana harus saling menguatkan, mengisi kekurangan satu sama lain, dan tentunya saling menyembuhkan luka.
🕊️🕊️🕊️
Setelah sholat subuh, perempuan dengan kerudung bergo merahnya itu memutuskan untuk menuju ke dapur, di sana ia mulai membuka lemari es.
Ya, ia akan memasak meski di rumah ini mempunyai pembantu, tetapi ia tak ingin terus mengandalkan Mbak Sri. Apalagi akhir-akhir ini Mbak Sri sedang pulang pergi ke rumahnya karena anaknya yang sakit.
"Yah, sudah selesai, 'ya? Padahal mau bantu-bantu Ibu chef masak," ucap Firman begitu melihat sarapan pagi telah tertata rapi di atas meja.
"Nggak papa, Mas, lain kali aja. Di mana ayah sama bunda, Mas?"
"Sebentar lagi juga turun. Nah, itu dia ayah sama bunda,"
"Ayah, Bunda, monggo ...."
"Wah, ini semua kamu yang nyiapin, Ndok?"
Nisa mengangguk pelan. "Nggih, Yah."
"Ternyata kamu suka masak, ya, bener-bener istri idaman," ucap Bu Siyah.
"Bunda bisa aja," kekeh Nisa.
"Katanya kamu mau ngomong sesuatu dengan mereka, Nis? Ngomong aja, nggak papa," ucap Firman membuat Pak Hendra dan Bu Siyah menatapnya.
"Ayo, Ndok, ngomong aja,"
"Nisa lulus seleksi S2 di UGM, Yah, Bun, dengan beasiswa sampe lulus,"
"Beneran, Ndok? Masya Allah, selamat, 'ya!" ucap Pak Hendra.
"Loh, Nis? Kapan daftarnya? Kok Mas nggak tau, ya?"
"Sebelum kita menikah, Mas, Nisa iseng. Eh, Alhamdulillah keterima,"
"Keren banget istriku, pokoknya Mas akan dukung sepenuhnya jika memang Nisa sanggup,"
"Betul itu, kami juga. Kami selalu ada di belakang kamu, Ndok, dan baguslah kalau kamu kuliah di sana," timpal Bu Siyah yang ikut bersuara.
"Tapi kamu yakin langsung ambil itu, Ndok? Nggak mau istirahat dulu?" tanya Pak Hendra meyakinkan menantunya.
Nisa mengangguk yakin dengan tekadnya. "Ini kesempatan, Yah, kesempatan nggak datang dua kali. Insya Allah, Nisa akan sanggup."
"Nisa, tapi kamu kuliah lagi nggak semata-mata karena menikah dengan saya, 'kan? Mas nggak suka kalau kamu menjalani ini hanya karena itu,"
Firman tahu jika banyak yang menentang dirinya menikah dengan Nisa.
"Nggak sama sekali, Mas. Lagipula ... UGM memang dari dulu incaranku, tapi dapetnya sebelahnya. Dan, harus dipertegas sekali lagi, aku kuliah lagi karena ingin menambah ilmu dan wawasan. Aku sebagai calon ibu, yang nantinya akan mendidik dan membimbing anak-anak kita agar nggak salah jalan," jelas Nisa meyakinkan Firman.
"Masya Allah, Nisa, nggak salah memang ayah dukung kamu dari dulu," ucap Pak Hendra.
🌷🌷🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang Terobati (END)
General Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] The Fragavidma dikejutkan dengan penemuan seorang pendaki yang tak sadarkan diri di lembah hantu, ternyata mempunyai wajah yang serupa seperti mendiang Alena. Namun, siapa sangka pertemuan itulah justru menjadi awal lembaran...