Musuh dalam Selimut

92 25 89
                                    


Halo, semuanya! Sekadar memberitahu nih, kalau sebagian part LYT ada yang digabungkan dan beberapa juga ada yang sudah direvisi. Terima kasih yaa masukannya, Niya sangat terbantu sekali 🤍🤍

****

"Tidak ada salahnya untuk menjadi baik, baik untuk diri sendiri dan sesama. Namun, jika tetap tidak bisa baik terhadap diri dan orang lain, maka jadilah baik di hadapan Allah."

Khaerunnisa Indah Paramitha

🌹🌹🌹

"Nak Rena, gimana kabarnya, Sayang?" Tanya Bu Siyah sembari melepaskan pelukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nak Rena, gimana kabarnya, Sayang?" Tanya Bu Siyah sembari melepaskan pelukannya.

"Baik, Tan, sangat baik."

Wanita paruh baya itu tersenyum kecut, menatap Rena dengan nanar. Ia merasa bersalah, sekarang, karena menyetujui lamaran Firman dengan Nisa walaupun hatinya memilih Rena.

"Kamu sekarang pasti lagi sedih, 'kan? Gara-gara denger kabar lamaran Firman? Maafin tante, 'ya, Nak," ucap Bu Siyah. "Harusnya kamu yang bersanding dengan Firman, bukan gadis sialan itu ...."

Rena terkejut dengan ucapan lawan bicaranya, diluar dugaannya ternyata Bu Siyah tidak menyukai Nisa. "Tapi kenapa, Tan? Bukannya Nisa itu mirip Alena, 'ya? Seharusnya Tante seneng ada perempuan yang berhasil membuka pintu hati Firman, lagipula aku seneng kalau Firman juga seneng, Tan, nggak papa kok," kata Rena yang masih tidak menyangka.

Bu Siyah memutar bola matanya malas seraya menghela napas kasar mendengar celotehan Rena, ia merasa bahwa semua orang telah tersihir akan Nisa, si gadis sialan yang sangat ia benci, kobaran itu kian membesar kala Pak Hendra membela Nisa hingga terkena serangan jantung.

"Tante nggak suka, tante nggak mau terluka untuk yang kedua kalinya. Harusnya kamu, kamu yang ada di samping Firman, bukan Nisa." Netra mereka beradu, kedua tangan mereka bersatu saling menggenggam satu sama lain.

"Gue harus memanfaatkan wanita tua ini untuk menyikirkan Nisa, jangan sampai pernikahan itu terjadi. Akhirnya Tuhan tau siapa yang lebih berhak memiliki Firman, tapi gue juga harus jaga-jaga."

"Tante, Nisa itu anaknya baik, sholehah, lagi, sedangkan Rena? Rena nggak sebaik dirinya, Tan," ujar Rena.

"Justru kamu lebih sempurna, Nak, dibanding dengan gadis penyakitan sepertinya. Dia bisa apa? Beban?"

"Bagus, ini yang gue suka. Boleh ketawa? Ini sangat lucu."

Rena menggeleng cepat. "Tante nggak boleh ngomong gitu, bagaimana pun juga dia adalah calon menantu Tante, calon menantu keluarga Abimanyu---" wanita paruh baya itu langsung menghentikan ucapan Rena dengan telunjuknya.

"Cukup Rena, jangan bicara lagi. Asal kau tau, Nisa nggak cocok untuk keluarga kita, nggak sama sekali!" Pekik Bu Siyah, bersamaan dengan jatuhnya sebuah rantang makanan di atas permukaan tanah yang terlapisi aspal, lantas atensi mereka tertuju pada gadis dengan kerudung pashmina birunya itu.

Luka Yang Terobati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang