"Lidah memanglah tak bertulang, namun jika ia sudah bersilat, jangankan air mata hati pun turut terkoyak karenanya."
gardeniaja_
🌹🌹🌹
"Gadis itu memang dasar pembawa sial, dengan semudah itu ia menghancurkan hubungan yang sudah dijalin sejak lama." Gerutu Bu Siyah, sembari menenteng tas belanjanya. Matanya memicing, lantaran sinar matahari begitu tajam menyorot matanya, perlahan wanita paruh baya itu menyebrangi jalanan yang menurutnya tak ada kendaraan lagi yang lewat.
Namun salah, dugaannya salah. Sebuah motor yang melaju kencang dari arah timur hampir menghempaskan tubuhnya di atas aspal, tetapi dengan cepat gadis dengan kerudung hitamnya itu mendorong tubuh Bu Siyah hingga mereka terguling di atas rerumputan.
Semuanya terjadi begitu cepat, saat wanita itu membuka matanya, ia merasakan pelukan yang begitu hangat dari seseorang.
"Alena? N--Nisa?!"
Ya, gadis itu yang menyelamatkan nyawanya. Jika tidak, mungkin saat ini ia berada di IGD sekarang.
"Ibu nggak papa? Ada yang luka?" Tanya Nisa setelah melepaskan pelukannya, sedikit menjaga jarak pada Bu Siyah lantaran sadar jika wanita itu masih amat membenci dirinya.
Sementara itu, Bu Siyah yang masih setengah shock mencoba untuk menenangkan dirinya. Beberapa saat, ia bergeming dalam diamnya. Pandangannya menyapu ke segala arah, mencoba menerka kejadian yang baru saja ia alami.
"Ibu, tenangin diri ibu dulu, 'ya? Ibu mau minum?"
Bu Siyah hanya menggeleng, seperkian detik netranya menangkap benda-benda yang berserakan di atas aspal jalanan. Mirip seperti pil.
"Bisa kamu pergi? Saya nggak butuh pertolonganmu," ucap Bu Siyah, tanpa menatap wajah lawan bicaranya. Sepertinya ia lupa akan aksi yang gadis itu lakukan untuk menyelamatkannya, tak tahu caranya berterima kasih.
"T--tapi ibu---"
"SAYA BUKAN IBUMU, PERGI!"
"Pergi, saya tidak butuh pertolonganmu!" Pekik Bu Siyah.
Dengan cepat, gadis itu segera meninggalkannya, namun sebelum itu ia tetap memberi salam pada wanita paruh baya itu.
Nisa berbeda. Meski ia tak dianggap, ia tetap memperhatikan Bu Siyah dari jauh hingga rela membuka blokiran nomor Firman guna mengabarkan pria itu sebelum akhirnya benar-benar menghilang dari pandangannya.
"Ibu kok tega si ngusir dia? Dia udah nyelamatin ibu loh ... nggak tau terima kasih banget." Celetuk seorang warga yang turut menyaksikan kejadian itu.
"Coba aja nggak ada dia, pasti ibu udah masuk rumah sakit sekarang. Mungkin nggak bisa napas lagi."
Jleb!
Perkataan orang-orang itu sukses membuat bungkam mulutnya, sampai-sampai ia tak mampu berkeluh.
"Ibu Siyah? Astagfirullahal'adzim, Ibu kenapa?" Tanya seorang pria yang tak sengaja melihatnya tengah duduk seorang diri setelah dicaci habis-habisan oleh kedua warga.
Lantas, Bu Siyah mendongak. Seorang pria dengan kacamatanya, memiliki kulit langsat dan memiliki perawakan yang tak begitu tinggi. "Dokter Iwan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang Terobati (END)
General Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] The Fragavidma dikejutkan dengan penemuan seorang pendaki yang tak sadarkan diri di lembah hantu, ternyata mempunyai wajah yang serupa seperti mendiang Alena. Namun, siapa sangka pertemuan itulah justru menjadi awal lembaran...