Badai

59 11 0
                                    

"Kala sebuah kepercayaan didustakan, kala sebuah cinta menjelma murka. Maka hanya ada dua kemungkinan, bertahan atau tidak sama sekali."

🥀🥀🥀


"Siapa wanita itu? Aku harus mencari tau! Ya, harus!" Nisa yang tengah mengiris sayuran dengan emosinya, rupanya diperhatikan oleh Bu Siyah.

"Kenapa, Sayang?"

"Nggak papa, Bunda."

"Lagi bertengkar sama Firman, 'ya? Atau ada masalah lain? Katakan aja, Nisa," cecar Bu Siyah. "Barusan ibu dari luar, tetangga ada yang gosip tentang Firman selingkuh. Itu nggak bener, 'kan, Sayang? Hubungan kalian baik-baik aja?"

Nisa terdiam. Tak lama, seorang pria datang dengan menenteng tasnya. Tak lupa mencium punggung tangan ibunya, dan menyalami istrinya.

"Mas Firman? Ini beneran kamu yang aku kenal dulu?"

"Mandi dulu gih, Mas, nanti makan," perintah Nisa.

"Siap, Bu Komandan!" serunya sembari memberi hormat layaknya tentara, lalu berjalan menuju kamarnya.

"Oh, ya, Ndok. Erryn ke mana?" tanya Bu Siyah.

"Lagi di kamar, Bun, baca-baca buku, besok ada kuis katanya."

Bu Siyah tersenyum, "Semoga hubungan kalian baik-baik aja, ya? Bunda nggak mau ... liat kalian sampai pisah. Bunda nggak mau itu terjadi,"

"Aamiin. Kuharap begitu, itu cuma fitnah, Ya Allah."

Semuanya telah siap tersaji di atas meja, begitu juga dengan kedua pasangan yang tengah menyantap hidangan makan malam itu. Diam, dan tak saling bicara hanya sibuk dengan makanannya masing-masing.

Ya, itulah yang biasa dilakukan Keluarga Abimanyu semenjak dulu. Barulah di akhir, mereka bisa mengobrol dan bertukar cerita.

"Awas, pesawat datang!" Firman tiba-tiba saja mencairkan suasana dengan menyendok nasi dan mengarahkannya ke Nisa, sontak perempuan itu membuka mulutnya.

"Aduh, keselek cinta nih!" sindir Pak Hendra. Membuat semuanya tertawa.

"Erryn, Sayang, maafkan Papamu, ya? Kadang dia sering tantrum kalau lagi jam ganjil," kekeh Bu Siyah.

"Tantrum itu apa, Oma?"

"Sudah, nggak udah dipikirin. Kemarin, gimana sekolahnya, lancar?" tanya Firman.

Erryn mengangguk. "Erryn dapet 100, Pa!"

"Masya Allah, pinter sekali anak Papa, siapa sih yang ngajarin?" tanyanya seraya melirik Nisa.

"Mama, mama yang ngajarin, Pa. Iya, 'kan, Ma?"

"Bukti itu udah ngarah ke kamu, Mas. Tapi kenapa rasanya ini semua nggak bener, Ya Allah ...."

"Nisa, Sayang?"

Panggilan Firman membuatnya tersentak, entahlah pikirannya tengah kalut dirundung kegelisahan diambang pilihan yang sama menyakitkan sampai-sampai suara anggota keluarganya seakan tak tersampaikan lewat indera pendengarnya.

Di sisi lain, ia ingin memberitahukan bahwa dirinya tengah mengandung.

"Kenapa, Mas?"

Luka Yang Terobati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang