Bersatunya Kita

80 11 0
                                    

"Karena aku memilihmu bukanlah suatu keterpaksaan atau kebetulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Karena aku memilihmu bukanlah suatu keterpaksaan atau kebetulan. Takdir yang mempertemukan, yang mana kamulah yang terbaik dari Allah yang menentukan."

Firmansyah Fairuzi Abimanyu

🤍🤍🤍

Sesekali, layar monitor menjadi saksi betapa risaunya orang yang ada di sana. Tak lupa, suaranya menjadi pengiring ijab dan kabul yang tengah berlangsung.

"Ananda Firmansyah Fairuzi Abimanyu, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kami yang bernama Khaerunnisa Indah Paramitha binti Rama Wijaya dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas sebesar 10 gram dibayar tunai,"

"Saya terima nikah dan kawinnya saudari Khaerunnisa Indah Paramitha binti Rama Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." ucap Firman dengan satu tarikan napasnya.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya seorang penghulu dengan kopiah hitam di kepalanya itu sembari mengedarkan pandangannya.

"Sah!"

"Alhamdulillah ...."

Bersamaan dengan itu, air mata seorang ibu luluh. Ia jatuh dalam pelukan sang suami, Pak Rama. Kini, anak bungsunya resmi berganti status meski dalam keadaan tak sadarkan diri. Di sisi lain, ia sangat bahagia karena akhirnya anaknya menikah dengan orang yang dicintainya.

Sederhana, namun sangat berkesan. Akad dilangsungkan di ruang ICU yang di mana hanya dihadiri oleh orang tertentu saja. Lagi-lagi, rumah sakit memberinya sebuah kejutan yang tak pernah diduga akan terjadi sebelumnya.

Ruangan bernuansa putih ini menjadi saksi bisu atas bersatunya dua insan. Seperti halnya ruangan ini, cinta Firman pada Nisa itu putih, murni tanpa ada yang campuran dengan apapun.

Firman menghampiri seseorang yang kini telah resmi menjadi istrinya. Wajahnya begitu teduh, meski hingga saat ini belum juga membuka mata indahnya.

Dibelainya pelan kepala Nisa yang tertupi hijab khusus, tersenyum sendu menatap perempuannya itu. "Assalamualaikum, Istriku," ucapnya pelan, lalu mengecup kening Nisa begitu lama.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Luka Yang Terobati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang