Kekuatan Cinta Sejati

82 9 0
                                    

"Diterpa badai dalam suatu hubungan merupakan hal yang wajar, pada saat itulah kita diuji, mampukah kita bertahan atau justru goyah dengan memilih jalan keluar masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Diterpa badai dalam suatu hubungan merupakan hal yang wajar, pada saat itulah kita diuji, mampukah kita bertahan atau justru goyah dengan memilih jalan keluar masing-masing."

🍂

"Kalian yakin mau kembali tanpa saya?"

Suara itu, suara yang sudah tak asing di telinga mereka. Sontak, langsung berbalik badan, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya, mereka mengerjapkan matanya berulang kali.

"Firman?!" seru keduanya serempak.

"T--tapi bagaimana bisa? Bukannya pesawatmu udah take off 10 menit yang lalu?" tanya Diga.

Pria itu menghela napasnya. "Panjang ceritanya. Seseorang membutuhkan bantuan hidup dasar, dan ponsel saya hilang entah kemana. Lalu mengapa kalian ada di sini?"

Tanpa menjawab, Diga yang kembali tersulut api amarahnya menatap Firman dengan tajam justru melemparkan pertanyaan kembali. "Lalu, apa rencana Anda setelah ini? Apakah Anda akan tetap pergi?"

Sempat heran, tak biasanya Diga berbicara formal dengannya. "Ya, Diga. Saya akan tetap pergi."

Bu Siyah langsung memeluk anak sulungnya, seketika juga tangisnya semakin pecah. "Jangan pergi, Nak, Bunda mohon jangan pergi ...."

"Tapi kenapa, Bunda? Lagipula Firman pergi cuma beberapa bulan doang kok, Bun, nggak akan lama," ucap Firman dengan tenang.

"Pokoknya jangan, Nak ... jangan pergi,"

"Maafin gue, Man, tapi gue harus make cara ini,"

"Kalau begitu, silakan pergi. Tidak ada yang melarangmu, tapi tolong jangan Anda sesali keputusan Anda yang satu ini. Ayo, Tante." Diga menarik paksa Bu Siyah dari pelukannya.

"Berhenti, Diga! Anda tidak berhak memperlakukan bunda saya seperti itu!" sentak Firman.

"Tante, di sini aja, 'ya? Biar aku yang beri pelajaran anak Tante bagaimana cara bersikap gentleman." Tanpa menunggu jawaban, Diga langsung kembali menghampiri Firman. Netra mereka saling beradu.

"Maksud Anda apa, hah?!" Firman tak terima.

"Tak terima, 'ya, kalau dibilang pecundang? Bro ... jadi cowok kok pengecut gitu?"

"Saya tahu, Anda mau lari dari masalah, 'kan? Wkwkwk, lucu." kekehan kecil keluar di ujung pembicaraannya.

"Saya kecewa, Bro, Firman yang sekarang pengecut, 'ya." Diga melipat kedua tangannya di atas uluh hatinya, menatap jijik wajah pria di hadapannya.

"Tolong cepat katakan, apa tujuanmu datang kemari bersama bunda? Kalian pasti mempunyai sebab, 'kan?"

"NISA KRITIS, MAN!" pekik Diga, sontak mereka menjadi pusat perhatian banyak orang.

Luka Yang Terobati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang