"Kita pernah berada di dalam sebuah kisah, dan bersatu di dalam kata kita, cerita indah nan penuh warna. Namun, semenjak itu kau berubah. Kau pergi ke mana?"
Zerenna Gabriella Elizabeth
🥀🥀🥀
"Dokter Firman, tunggu aku!" Teriakkan seorang wanita mampu membuat pria dengan kemeja biru telur asinnya itu menghentikan langkahnya, lalu membalikan badannya ke belakang. Dilihatnya seorang wanita yang ia kenal-Zerenna Gabriella Elizabeth-sahabatnya kala di Surakarta.
Napasnya tersengal-sengal, peluhnya membasahi seluruh tubuh, terlihat jelas bahwa sedari tadi ia mengejar Firman hingga sampai di depan lobby.
"Rena, kau di sini?" Tanya Firman.
Wanita itu mengangguk, seraya mengatur napasnya. "Man, bisa ikut sebentar? Gue ada kejutan buatmu,"
Firman melirik jam di tangannya, seperkian detik ia menatap Rena. "Boleh, Ren, tapi maaf, ya, saya tidak bisa lama-lama."
"Follow me!"
Sesampainya di taman rumah sakit, Rena langsung mengambil buket bunga mawar merah dari bangku yang telah disiapkan sebelumnya. "Happy Birthday, Doctor Firman! God bless you!" Ucap Rena semangat, seraya menyodorkan buket bunga yang berukuran cukup besar pada Firman.
Pria itu sumringah menerima buket tersebut. "Ternyata Anda masih ingat dengan ulang tahun saya, Rena. Terima kasih."
"Sebenarnya, masih ada lagi kejutannya. Malam ini jangan lupa dateng ke Kafe Sheza, ya!"
"Iya, Ren, Insya Allah. Rena, saya permisi dulu, ya, sekali lagi terima kasih atas kejutannya," ucap Firman.
"Sama-sama, Man. Semangat kerjanya, Dok!"
Ia terus memperhatikan Firman dari belakang, pandangannya tak teralihkan sampai benar-benar pria itu hilang dari jarak pandangnya.
"Firman malam ini, malam ini tolong mengertilah perasaanku. Aku berharap, kau juga merasakannya."
Sepanjang jalan menuju ruangannya, Firman mendapatkan ucapan dari beberapa perawat, dan staf di sana.
"Ini adalah pertama kalinya berulang tahun tanpa dirimu, Alena. Tetapi, hidup harus terus berjalan, saya sudah merelakanmu, Insya Allah." Batin Firman menguatkan sebelum akhirnya ia sampai di ruangannya.
Malam ini selepas dari rumah sakit, Firman langsung bertolak ke Kafe Sheza di mana Rena mengundangnya. Di sisi lain ia heran, biasanya sahabatnya juga mengajaknya ke suatu tempat untuk merayakan hari spesialnya, namun sekadar untuk mengucapkannya saja pun belum ia dengar dari mulut The Fragavidma. Mungkinkah dirinya ada salah sehingga mereka mencuekkannya?
"Woi, hentikan! Apa-apaan ini?!" Teriak Firman yang baru saja datang dan melihat kedua kawannya tengah berkelahi. "Kalian ini sudah dewasa tapi kelakuannya seperti bocah. Malu-maluin!" Timpalnya seraya menatap keduanya, pria berambut gondrong itu menunduk sementara yang satunya lagi tanpa memberikan ekspresi apapun. Mereka menjadi pusat perhatian dari pengunjung restoran, sampai-sampai pegawai yang ada di sana ikut melerai perkelahian David dan Brama.
"Lu nggak usah ikut campur, ini masalah gue dengan Brama." Elak David, ia langsung menarik kerah Firman, melihat itu Brama langsung memukul David dari belakang.
"Maksud Lo apa hah gituin dia, dia nggak salah dan nggak tau apa-apa!""Jika memang ada masalah bicarakan baik-baik, selesaikan dengan kepala dingin, Bro. Apa dengan begini bisa menyelesaikan masalah? Tidak, 'kan?" Ucap Firman menengah-nengahi di antara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang Terobati (END)
Ficção Geral[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] The Fragavidma dikejutkan dengan penemuan seorang pendaki yang tak sadarkan diri di lembah hantu, ternyata mempunyai wajah yang serupa seperti mendiang Alena. Namun, siapa sangka pertemuan itulah justru menjadi awal lembaran...