Panggilan Negara

72 11 5
                                    

"Hadapi permasalahan dengan hati dan pikiran yang jernih, karena jika permasalahan dihadapi dengan amarah, takkan pernah berujung sebab dihantam terus-menerus oleh masalah."

🕊️🕊️🕊️


"Selamat, Dokter Firman, Anda akan jadi seorang ayah. Nyonya Firmansyah tengah mengandung saat ini kandungannya berusia tiga minggu," ujar Dokter Widya dengan sumringah.

"Untuk penjelasannya, saya nggak perlu jelasin lagi, 'kan, Dok?" kekeh wanita itu. "Bercyandaaa."

Keduanya tertawa mendengar lawan bicaranya itu.

"Nyonya Firman, apa keluhan Anda yang selama ini dirasakan?"

"Mual terus pusing, kadang ... nafsu makan berkurang, dan bahkan lebih sensitif bau-bauan," jelas Nisa.

Dokter Widya tersenyum, lalu melirik Firman. "Anda tau, 'kan, apa yang harus dilakukan?"

"Emang boleh ujian mendadak gini?" kelakarnya. "Tentu, Dok."

"Sesekali, Dokter. Nggak papa kali, iya, kan, Nyonya Firman?"

Nisa mengangguk dan memberikan senyumannya. "I--iya, Dok."

"Mana bisa gitu, saya spesialis penyakit dalam, bukan obgyn," bela Firman.

"Makannya, yuk bisa yuk ngambil obgyn. Eh, nggak deng, palingan Anda mau lanjut sub-spesialis, 'kan, ya?"

Firman terkekeh. "Doain, ya, Dok."

Lalu menggenggam tangan Nisa. "Saya ingin gelar berikutnya terkhusus untuk orang spesial, yaitu Nyonya Firmansyah."

Terbawa perasaan, perempuan itu tersipu malu hingga kedua pipinya memerah akibat ulah suaminya.

"Mohon maaf, Pak, ini tempat praktek saya bukan tempat perbucinan," kelakar Widya.

"Tapi nggak papa sih, udah biasa. Ruangan ini kerap kali menjadi saksi bisu bahagianya kedua pasangan ketika mendapat kabar bahagia. Saya seneng kalau liat senyuman mereka itu," kata Widya. Membayangkan jauh ke masa-masa yang sudah ia lalui ketika bersinggungan dengan pasien-pasiennya.

"Sekali lagi, selamat ya, Dok. Semoga Nyonya Firmansyah dalam keadaan sehat dan lancar hingga proses persalinan nanti, intinya ... ditunggu Firman kecilnya."

🕊️🕊️🕊️

8 bulan kemudian .....

Tak terasa, usia kandungan Nisa sudah memasuki tujuh bulan. Beruntungnya ia hidup di tengah-tengah keluarga yang sangat menyayangi dan menganggapnya sebagai anak kandung sendiri, apalagi Bu Siyah sering bawel pada menantunya yang kerap kali tak hati-hati.

Hari ini untuk kesekian kalinya ia mendatangi tempat ini, dengan perasaan yang begitu bahagia karena sebentar lagi ia akan melihat calon buah hatinya.

Berbeda dari biasanya, kali ini Nisa datang seorang diri lantaran Firman akhir-akhir ini sangat sibuk akibat lonjakan pasien yang meningkat.

Duduk di kursi tunggu, membuatnya sedikit membosankan. Terlintas di benaknya untuk melanjutkan menulis pesan-pesan untuk anaknya nanti, wanita itu pun mengeluarkan bukunya dari dalam tas, jarinya mulai menari-nari di atas kertas itu dengan pulpennya.

Luka Yang Terobati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang