"Hanya ada dua kemungkinan, karam atau tetap berlayar meski terombang-ambing di tengah badai yang dasyat."
🥀
Berita Rena tertangkap polisi telah menyebar ke segala jejaring sosial, citranya buruk sekarang, tak ada tempat lagi di dunia untuknya. Hanya sel, sel yang menjadi ganjaran atas apa yang diperbuat selama ini. Besar kemungkinan bahwa akan dieksekusi mati.
"Akhirnya, Lo juga ngerasain apa yang gue rasain selama ini," ujar Mawar tersenyum puas.
"Gue harap, Lo dihukum mati di Nusa Kambangan. Rena, Lo harus dapetin hukuman lebih berat dari gue." buliran bening terjatuh bersamaan dengan kedua tangan mencengkram jeruji besi dengan sekuat tenaganya.
"Lo harus membayar kematian Retha, Ren. Nyawa dibayar dengan nyawa." Mawar mengira bahwa selama ini adiknya telah tiada, namun itu semua hanya tipuan Rena semata. Nyatanya, selama ini adiknya pergi jauh ke luar negeri guna melarikan diri dari ancaman Rena dan menyembuhkan traumanya pasca kehilangan sahabatnya.
🥀
"Ibu, Nisa baik-baik saja, 'kan?" tanya Firman sedikit berbisik pada wanita paruh baya di depannya. Siang ini, ia menemui Bu Anna diam-diam tanpa sepengetahuan Nisa.Bu Ani menggeleng gusar. "Ndak baik, Man. Tadi pagi dia demam, tapi jangan khawatir udah turun kok demamnya,"
Sedikit lega, namun mimiknya masih menyimpan berjuta misteri. "Ibu,"
"Iya, Man, kenapa?"
"Atas nama bunda, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Ibu, Pak Rama, Kak Andra, terutama Nisa. Sekarang saya tahu alasan Nisa menjauhi saya dan Ayah." Menangkupkan kedua telapak tangannya, pria itu meneduhkan pandangannya.
"A--apa?!"
Firman mengangguk pelan. "Iya, Bu, Bunda telah melakukannya."
"Bu Siyah?"
Pintu terbuka dengan paksa menampilkan sesosok gadis dengan hijab instan hitamnya, sontak seluruh atensi tertuju padanya kini.
"Ibu, udah Nisa bilang berapa kali kita nggak boleh berhubungan dengan mereka lagi, Bu!"
"T--tapi, Nak? Nak Firman niatnya baik, mau minta maaf sama kita." Bu Ani memegang lengan kiri anak bungsunya, itu.
"Pergi! Saya tidak ingin melihatmu lagi di sini, pergi!" pekik Nisa menatapnya dengan tajam.
"Nis, dengarkan dulu penjelasan saya, tolong beri saya kesempatan satu kali lagi," pinta Firman.
"Nisa masih pengen hidup, Mas, masih mau waras. Stop hubungi keluarga Nisa lagi!"
"Anda siapa? Berani-beraninya ikut campur dalam masalah kami, di mata saya Anda hanyalah orang asing. Hanya orang asing."
"Seharusnya dari awal, saya sadar diri. Derajat kita nggak setara, kita nggak sama," lirih Nisa. "Ya, kutahu, Anda menerimaku apa adanya, lalu bagaimana dengan orang tua Anda? Aku sadar, dan jika menjadi orang tuamu juga nggak akan pernah merestui hubungannya." Nisa memotong pembicaraan Firman.
"Dek---" Bu Ani memegang tangan anak bungsunya.
"Ibu, tidak apa-apa. Saya tahu dia butuh pelampiasan, itulah mengapa saya hanya diam," ucap Firman, dilanjutkan dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang Terobati (END)
General Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] The Fragavidma dikejutkan dengan penemuan seorang pendaki yang tak sadarkan diri di lembah hantu, ternyata mempunyai wajah yang serupa seperti mendiang Alena. Namun, siapa sangka pertemuan itulah justru menjadi awal lembaran...