Bidadari

64 10 1
                                    

"Kepercayaan itu yang paling utama dalam sebuah hubungan, tumbuhlah kesetiaan, berbuah kecintaan."

Khaerunnisa Indah Paramitha

✨🌹🌹🌹✨

"Siapa kamu? Berani-beraninya menyebar fitnah tentang suamiku!" seru Nisa pada wanita yang wajahnya bersembunyi di balik topengnya.

Dengan berbekal tekad, hari ini melabrak pemilik nomor yang tidak dikenal yang kerap kali menerornya.

"Yakin fitnah?"

"Kamu begitu mencintai suamimu, tapi apa balasannya? Suamimu malah menghianati dirimu, Nisa," timpal wanita itu.

"Maaf, ya, Mbak. Suami saya bukan tipe gampangan. Zaman sekarang teknologi serba canggih, bisa jadi, 'kan, itu cuma editan AI," ucap Nisa yakin. "Siapa kamu? Beraninya cuma sembunyi di balik topeng, anak kecil juga bisa kali," Nisa mengangkat sudut bibirnya ke kiri.

Berkat memergoki Rena tiga tahun silam, kini membuat singa yang ada dalam dirinya terbangun. Tak lagi merasa takut jika berhadapan dengan orang yang bermasalah dengannya.

"Aku? Nggak perlu kamu tahu siapa aku ...."

Sementara itu di sisi lain, Firman yang baru saja terbangun dari tidurnya menyadari bahwa istrinya tak lagi berada di sampingnya.

"Nisa?"

Jam menunjukkan pukul 08.30 WIB, ya, ia kesiangan. Firman membuka nakas, berniat untuk mengambil kunci mobil, justru ia temukan benda lain. Sebuah kotak yang begitu misterius.

"Apa ini?"

Ia mengambilnya, membukanya tanpa ragu. Ekspresinya berubah seketika, bibirnya mengembang dengan netra yang berkaca-kaca melihat isi kotak itu yang ternyata adalah tespack.

"Masya Allah, k--kamu hamil, Nisa?"

Dengan tergesa, ia langsung keluar mencari keberadaan Nisa di rumah ini.

"Nisa? Sayang? Kamu di mana?!"

"Nisa?!" berkali-kali ia memanggil namanya, namun satupun tak ada yang menggubrisnya.

"Kenapa ini, Man? Pagi-pagi udah teriak aja," tegur Pak Hendra yang juga baru keluar dari kamarnya.

"Mukamu seneng banget, kayak abis dikasih hadiah," timpalnya.

Firman mengangguk semangat, "Ayah benar."

"Ayah tau? Sebentar lagi ayah akan menjadi seorang kakek, dan saya menjadi seorang ayah," ungkap Firman.

"Nisa mengandung, Man?!" seru Pak Hendra yang sama bahagianya.

"Iya, Ayah. Tapi ... Nisa di mana? Tumben, pergi nggak pamit dulu," ucap Firman.

"M--maaf, Pak, tadi pagi jam 7 M--Mbak Nisa pergi dianter Mas Tono. Tapi aku nggak tau ke mana perginya, dia buru-buru banget." terang Mbak Sri, tiba-tiba datang dan menimbrung di tengah pembicaraan mereka.

"Apa kamu tau ke mana perginya?" tanya Pak Hendra.

"Maaf, Pak, Sri nggak tau kalau soal itu. Mungkin bisa tanya Mas Tono,"

Luka Yang Terobati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang