17. Salah Paham

229 15 0
                                    

Ternyata kemarin aku lupa cantumin potonya si Keisya;(
Baru inget pas nulis chapter 16:)

- Keisya Aura Kencana
Wink!;)

- Keisya Aura KencanaWink!;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H-9

Didalam kelas ia duduk dengan anteng, diam termenung hanyut dalam lamunannya.

"Panggilan kepada Raffi XI MIPA 2, Gafi XI MIPA 2, dan Naila XI BAHASA 3. Mohon segera mendekat kesumber suara!"

Bahkan suara speaker yang menggelegar satu bangunan pun belum juga menyadarkan lamuanannya. "Weh, Raff! Kok diem aja lo! Ayo!"

"A-ah iya!" Ia segera membuntuti Gafi, meminta izin sebelum keluar kelas tentu wajib dilakukan setiap siswa.

Karena tempat mereka berkumpul, ada dilantai bawah, maka wajib bagi keduanya untuk menuruni tangga. Aneh, belum juga sampai dipertengahan anak tangga Gafi sudah terlihat sangat kelelahan, bahkan ia mencengkram erat railling tangga seperti menyeimbangkan tubuhnya.

Raffi menghentikan langkahnya dan menoleh saat menyadari Gafi tak lagi berada disebelahnya.

"Gaf, lo kenapa?"

Gafi terdiam namun tak lama setelah itu tubuhnya ambruk dan kepalanya membentur tepian anak tangga.

...

Nafasnya tersengal, seluruh tubuhnya mendadak gemetar hebat. Ia menyusur sekitar, kemudian menghela nafas lega ketika sang sahabat masih disebelahnya dan menyimak dengan hikmat pelajaran yang disampaikan.

"Hahaha, ketiduran lo?" Gumam Gafi dengan pandangan mata yang tetap menatap lurus materi yang ada dipapan tulis.

Raffi hanya menanggapinya dengan senyuman kemudian mencoba kembali fokus agar tak lagi hanyut dalam mimpi buruk itu.

"Pengumuman! Panggilan kepada Raffi XI MIPA 2, Gafi XI MIPA 2, dan Naila XI BAHASA 3. Mohon segera mendekat kesumber suara!"

Bahkan suara speaker yang menggelegar satu bangunan pun tidak menghilangkan fokusnya.

"Weh, Raff! Kok diem aja lo! Ayo!" Tegur Gafi yang sudah bangkit dari bangkunya.

"Deja vu?" Dengan setengah melamun ia membuntuti Gafi, meminta izin untuk segera merapat kesumber suara yang tak lain adalah ruang perpustakaan dilantai 1.

Berbeda dari mimpi anehnya tadi, Gafi terlihat lebih ceria dan energik, bahkan malah dia yang terlihat aneh dan berbesa dari biasanya. Saat Gafi berhenti, sontak ia pun ikut menghentikan langkahnya.

"Kenapa, Ga-- ANJING! SIALAN! YA ALLAH! ALLAHUAKBAR!!"

Ia meringis kesakitan saat Gafi menekan kuat-kuat luka yang terbalut perban dilengannya. Sedangkan Gafi hanya mesam-mesem setelah itu lalu bergegas menuruni tangga dan menghampiri Naila yang sudah menunggu diakhir anak tangga.

Fight(alone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang