38. Siapa?

281 12 1
                                    

"Naila!"

Seorang pemuda membuka pintu ruang rawat inap dengan senyum lebar yang tergambar di wajahnya. Sedangkan yang dipanggil hanya menoleh sesaat kemudian kembali fokus dengan handphone-nya lagi.

Pemuda itu memandang Naila sambil tersenyum hambar, sudah dipastikan ia kesal dengan sikap gadis itu.

"Sini, gue pengen ngomong sama lo" Pinta Naila sambil menepuk-nepuk sisi ranjang mengode untuk segera mendekat dan duduk didekatnya.

Pemuda itu memangguk patuh dan melakukan apa yang Naila perintahkan.

"Lo mau ngomong apa?"

Suasana atmosfer disana tiba-tiba saja terasa sangat berbeda dari sebelumnya.

"Lo inget janji kita bertiga, kan?" Naila mengatakan itu dengan raut wajah serius.

"Yang mana?"

"Ishhh! Yang tentang janji nggak boleh pacaran sebelum nikah itu loh, Raff!" Ucap Naila yang sudah dongkol duluan.

Raffi ber'O'ria, "Yaa terus?"

Naila tersenyum penuh makna. Jika dari raut wajahnya yang seperti itu, sudah dipastikan ia ingin menampol wajah seseorang yang sedang berada di hadapannya.

"Lo ngedeketin cewe ngapain bjir!" Tukas Naila.

"Lah? Siapa juga yang ngedeketin cewe?"

"Elo!"

Raffi terdiam, mencoba mengingat-ingat apa yang ia lakukan belakangan ini saat bertemu lawan jenisnya.

Kapan sih gue pernah deket sama cewe selain Naila, keknya nggak pernah--eh, tunggu.

"Ekhm, kok lo diem--"

"Maksud lo anak baru itu?"

Raut wajah Naila berubah menjadi semakin jengkel lagi, terlebih ia tidak tau siapa dan bagaimana si 'anak baru' itu.

"Jadi lo beneran deketin cewe?"

"Ya nggaklah, amit-amit gue ngedeketin cewe modelan kaya dia"

Meskipun rasa kepercayaan Naila pada Raffi saat ini sangat minim, namun ia sangat puas dengan jawaban itu. Tanpa sadar seulas senyum lega tergambar di wajahnya.

"Lo cemburu ya--"

"Ngomong nglantur lagi, gue pecahin pala lo" Ancam Naila.

Raffi menelan salivanya. Walau terdengar seperti candaan, tapi jangan menyepelekan ancaman Naila. Itulah aturannya.

Untuk sementara, Raffi membiarkan Naila untuk meredakan rasa jengkelnya. Matanya menyusur sekitar, dan menemukan sahabatnya yang satu lagi sedang asyik memejamkan mata dengan kedua lubang telinganya yang tertutup earphone.

"Gafi tidur, La?"

"Gatau, coba panggil"

"Ngapain lo pada ngomongin gue" Gumam Gafi yang masih dengan setia memejamkan matanya.

"Nggak kok, cuma nanya" Timpal Raffi.

Setelah itu, ketiganya terdiam. Sampai pintu tiba-tiba terbuka dan menampilkan seorang gadis dengan tangan yang sibuk menenteng buah-buahan.

"Yey, kamarnya bener!" Pekiknya girang.

Raffi mematung, bulu kuduknya seketika berdiri. Sudah tidak diragukan lagi dari suaranya, gadis itu pasti Ruby, si anak baru yang beberapa detik lalu ia perbincangkan bersama Naila.

"Tolong gue, La" Bisik Raffi.

"Ha? Maksud lo apaan? Itu cewe juga siapa anjir, tiba-tiba nyelonong masuk!" Sembur Naila dengan nada tidak senang.

Fight(alone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang