"Satu langkah lagi untuk dapet 25 juta!!"
Sorakan girang Naila memenuhi koridor hotel. Tentu sorakan itu diiringi dengan senyum para sahabat-sahabatnya yang membuntuti dibelakang.
Ini adalah puncak kejayaan bagi mereka, setelah beberapa kali gagal menjadi peserta finalis --apalagi juara-- lomba cerdas cermat.
Naila sangat sumringah saat membayangkan seberapa bangganya dia ketika menunjukkan sertifikat dan medali pada sang ibu. Ah iya, jangan lupakan uang tunai yang akan ia bawa pulang nanti.
Sepanjang perjalanan perasaannya campur aduk, antara senang dan gugup. Apalagi nanti pada babak pertama dan kedua dia yang menjadi juru bicara. Ya Tuhan, berikanlah kemudahan pada hambamu satu ini!
Saking gugupnya, bahkan raut wajah Naila terlihat begitu tegang, sangat jauh berbeda dari sebelum berangkat tadi.
"Jangan gugup atuh, Bu Jenny yakin kalian pasti bisa menang kali ini!" Ucap Jenny menenangkan sekaligus menyemangati Naila.
"Amiinn!!"
Sahut ketiganya bersamaan.
...
"Jemari adalah suatu kata yang mendapatkan sisipan, apa sisipan dari kata Jemari?"
Tut!
"Em!"
"Ya benar, 20 poin!"
Naila menyinggungkan senyum penuh kemenangan, hampir seluruh pertanyaan yang ditujukan ataupun dilemparkan padanya selalu ia jawab dengan benar dan tepat.
Untuk sementara, tim-nya berada pada kedudukan teratas dengan poin yang cukup tinggi.
"Gue pinter banget!" Bisiknya girang ditelinga Raffi.
"Cih, gue doain habis ini soalnya MTK!"
"Dih, jangan gitulah!" Rengek Naila.
Ayolah, perkataan Raffi membuatnya kembali gugup. Ia memang unggul dalam pelajaran Bahasa maupun pengetahuan umum. Tapi tidak untuk matematika. Jujur saja, ia bego setengah mati.
Bahkan jika soalnya hanya sekedar perkalian yang bisa dengan mudah diselesaikan anak SD dalam hitungan detik saja, saat ditangan Naila akan menjadi lebih dari 10 menit.
"Baik, soal selanjutnya!" Sang juri kembali berbicara, yang sontak membuat Nalila bergidik ngeri.
"Sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku membentuk barisan aritmatika, jika keliling segitiga=24 cm, maka luas segitiga tersebut adalah? Baik, kami beri waktu 30 detik untuk menghitung!"
Tubuh Naila seketika membeku, tangannya bergetar hebat. Berbeda dengan Naila yang panik mencari jawaban, Raffi lebih memilih untuk duduk bersantai sembari mengembangkan senyum devil nya, meledek Naila. Raffi sialan!!
Astaga, apakah tidak ada yang mau membantunya? Bahkan Gafi pun ikut-ikutan dengan aksi yang dilakukan Raffi. Tamatlah riwayatnya kali ini. Nama baiknya tercoreng karena tidak mahir dalam perhitungan.
Waktu semakin menipis, sedangkan Naila masih sibuk menuliskan deretan angka yang sangat panjang sampai memenuhi selembar kertas itu.
Terparahnya, ia belum tau apa jawaban dari soalan mudah itu.
"Waktu habis! Jika tidak segera menjawab akan kami lempar pada tim lain"
Glek!
"Ee-eehh, aduh.. tadi apa ya? Eee-eemm" Keringat dingin mengucur membasahi telapak tangannya, matanya menyusur sekitar berharap ada seseorang yang bisa membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight(alone)
Short StoryKisah singkat tentang seorang remaja SMA yang memiliki alur kehidupan berbeda dari remaja pada umumnya. Hidup dan berjuang sendirian dalam lingkaran obat-obatan juga penderitaan dimasa lampau, tanpa seseorangpun yang mengetahui betapa hancurnya dia...