H-6
Priiitt....
Suara peluit terdengar menggema diseluruh penjuru lapangan SMA Merah Putih, para siswa/siswi kelas XI MIPA 2 sedang melaksanakan mata pelajaran olahraga yang tentu dilakukan setiap minggunya.
Namun kali ini cukup membosankan bagi Raffi, yang tak lain karena ia tidak bisa mengikuti pembelajaran. Kakinya terkilir akibat sedikit terserempet mobil Gafi kemarin.
Ia duduk bangku pinggir lapangan sambil mengamati teman sekelasnya yang sangat menikmati mata pelajaran satu ini. Ingin sekali rasanya misuh-misuh pada Gafi, tapi ia juga sama-sama salah.
Terlalu lama diam ditengah jalan, sampai lampu merah berganti dengan hijau, yang kemudian berakhir terserempet.
"Kaki lo masih sakit, Raff?"
Tanpa ia sadari, seseorang yang ingin ia pisuhi saat ini telah ada tepat dihadapannya.
"Nggak terlalu sih"
Gafi menghela nafas lega, kemudian duduk anteng disampingnya. Ia menoleh dan mengangkat salah satu alisnya, merasa aneh dengan tingkah temannya satu ini.
"Kenapa lo?"
"Ha? Apanya?"
"Ngapain disini? Nggak ikut penilaian?"
"Giliran gue masih lama" Jawab Gafi singkat, kemudian kembali menyenderkan tubuhnya pada bangku panjang sambil sesekali memijat pelipisnya perlahan.
Benar apa yang dikatakan Gafi, gilirannya masih cukup lama. Wajar, nomor urutnya saja berada ditengah-tengah. Sekitar 15 menit berlalu, barulah sang guru olahraga kelasnya memanggil Gafi.
Dari jarak yang cukup jauh, ia melihat Gafi berbincang singkat dengan guru olahraganya sebelum penilaian dimulai. Bukan hal itu yang mengganjal dihatinya namun, raut wajah khawatir terpampang jelas pada lawan bicara Gafi.
Bersedia!
Siaap!
Priit!
Tik!
Stopwatch mulai berjalan, beriringan dengan langkah kaki Gafi yang semakin melaju gesit, berlari menempuh jarak 100 meter dalam waktu singkat bukanlah masalah besar bagi atlet taekwondo, benar 'kan?
"10,56 sekon!" Seru siswa yang memegang stopwacth ditangannya. Riuh tepuk tangan dari murid satu kelasnya menjadi apresiasi tersendiri bagi Gafi.
"Good job, Gaf!" Ucap Raffi saat melihat Gafi berjalan mendekatinya. Gafi hanya tersenyum kecil, dan segera menghempaskan tubuhnya pada bangku kosong disebelah Raffi.
Gafi merogoh saku celananya, mencari sesuatu yang sangat ia perlukan sekarang.
Sssshhh!
Bunyi semacam desis-an dari alat bernama 'inhealer' terdengar samar ditelinga Raffi. Penasaran, Raffi pun celingak-celinguk mencari arah suara berasal. Dalam benaknya, tidak mungkin jika suara itu berasal dari seseorang disampingnya!
Namun saat menoleh, ia menemukan Gafi yang terlihat santai memakai alat itu, seperti orang nyebat.
Saat sadar ia sedang diperhatikan, Gafi segera mengakhiri kegiatannya dan kembali memasukkan alat itu kedalam saku celana.
"Lupain yang lo liat tadi" Peringatnya.
Lalu ia bangkit, berniat untuk kembali kedalam gerombolan siswa yang menonton penilaian lari sprint minggu ini. Baru satu langkah kaki ia tempuh tiba-tiba tubuhnya ditarik kebelakang dengan kasar.
"Apaan?"
"Mau kemana lo?"
"Kesana lah!" Ucapnya sambil menunjuk kearah gerobolan siswa ditengah lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight(alone)
Short StoryKisah singkat tentang seorang remaja SMA yang memiliki alur kehidupan berbeda dari remaja pada umumnya. Hidup dan berjuang sendirian dalam lingkaran obat-obatan juga penderitaan dimasa lampau, tanpa seseorangpun yang mengetahui betapa hancurnya dia...