27. Penyisihan

140 8 0
                                    

H-3 jam

"Cih! Mana sih tu anak!" Ia sedari tadi terus melirik waktu pada jam tangannya, menunggu seseorang ternyata benar-benar menjengkelkan.

Sepertinya, bukan hanya dirinya yang terlihat kesal, namun juga beberapa orang disekitarnya merasakan hal yang sama.

"Telfon coba!"

"Nggak punya nomornya, bu!"

Mereka semua serentak mendengus kesal.

"Siapa sih namanya? Rega? Tunggu biar saya coba hubungi lewat akun intagramnya" Usul salah satu temannya yang sudah siap berada didalam mobil.

"Spam sekalian, La!"

Saat mereka semua sedang sibuk menghubungi Rega. Suara tidak asing terdengar memanggil mereka. "Pagi!!"

"Loh? Gafi?!" Seru mereka bersamaan.

"Taraa!!" Gafi mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V atau peace. Dengan salah satu tangannya memegang surat keterangan sehat, sebagai persyaratan terakhir yang belum terlunasi.

...

H-2 jam

"Syukur deh, kamu bisa ikut!" Celetuk sang guru pembimbing memecah keheningan. Sekarang, mereka berada didalam mobil yang sedang menempuh perjalanan ke pusat kota. Butuh waktu sekitar 2 jam lebih untuk tiba disana, dalam kondisi santai atau tidak ngebut.

"Kok bisa sih? Katanya udah ada si Rega yang jadi pengganti elo!" Tanya Naila yang sibuk mengunyah permen dimulutnya.

"Rega ngundurin diri"

"Hah?!" Gafi meringsut mundur sambil menutup kedua lubang telinganya, yang berdenging saat mendengar jeritan kaget dari kedua sahabatnya itu.

"Selow broo, kuping gue sakit!"

"Masa sih, dia ngundurin diri?" Selidik Naila tak percaya.

Gafi menghela nafas gusar, apa yang dikatakan Naila saat ini persis dengan perkataan sang kepala sekolah saat mengintrogsinya tadi. Sudahlah, ia lelah untuk menjelaskan itu lagi, untuk kesekian kalinya.

Ia menyodorkan secarik kertas salinan dari suat pengunduran diri Rega kemarin, untuk bukti kepada siapapun yang menanyakan hal yang sama padanya.

Raffi dan Naila membacanya dengan seksama, sebelum akhirnya terdengar gumaman mereka yang ber'O'ria bersamaan. "Sadar diri" Cibir Raffi yang sukses mendapat delikan dari guru pembimbing mereka.

"Nggak salah loh ucapan saya, bu! Jujurlah, Bu Jenny sendiri sepemikiran kan sama saya? Iya kan??" Goda Raffi menaik turunkan sambil alisnya.

Wanita itu terkekeh kecil, kemudian memangguk samar.

"Lagipula, saya juga nggak setuju kalo Gafi harus diganti, yaahh.. walaupun sebelumnya dia memang belum ngelunasin semua persyaratan sih"

"Bener tuh! Masa langganan perwakilan sekolah diganti begitu aja!" Kini Naila yang mencetuskan pendapatnya.

Gafi terkekeh ria. Entahlah, rasanya ini sangat menghibur dirinya.

Sisa perjalanan itu, mereka habiskan dengan bercanda ria, dan mengobrol bersama.

Hingga tak terasa mobil telah berhenti didepan sebuah gedung tinggi, dengan spanduk yang tergantung diantara dua pilar bangunan yang menjulang tinggi.

Tiga serangkai itu membaca spanduk bertuliskan 'Selamat Datang Para Peserta Lomba Cerdas Cermat SMA/ Sederajat Tingkat Nasional' dengan mata berbinar penuh harapan, memperoleh cuan.

Fight(alone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang