7.

944 99 64
                                    

Hari hari berjalan seperti biasa. Setelah menyepakati bahan taruhan masing-masing Naruto tidak lagi mendapat kekerasan fisik dari Sasuke. Begitu juga sebaliknya,Naruto berusaha mengubah diri untuk tidak menatap benci pada Sasuke lagi.

Ia mencoba membuka dirinya,walau sebagian besar untuk menyelamatkan orang tuanya,tapi ia harus. Kenapa? Karena tanpa rasa sayang dan suka pada Sasuke, bagaimana bisa ia nanti punya anak? Kecuali keajaiban berupa pemerkosaan tentu nya.

Hari ini ia melihat Sasuke tengah sarapan dengan wajah tertekuk,entah apa yang membuat mood pria itu tidak bagus Naruto tidak tahu. Ia pun berjalan mendekati meja makan dan duduk berhadapan dengan Sasuke.

Pria itu melirik sebentar kemudian kembali fokus pada sarapannya,ia sedang dalam keadaan mood yang buruk.

"Kenapa?"

"Tinggalkan aku, mood ku sedang buruk."

Naruto menghela nafas kemudian beranjak pergi menuju dapur,beberapa saat kemudian ia kembali membawa sebuah cangkir di tangannya dan menyodorkan cangkir tersebut pada Sasuke.

"Minum lah. Mood mu akan terasa baik kalau minum itu."

"Aku tidak suka manis. Jangan pancing aku untuk marah."

"Yang bilang itu manis siapa? Belum juga di coba,aku tahu pria seperti mu pasti alergi dengan hal manis."

Daripada Sasuke meledak lebih baik ia menuruti permintaan Naruto,kalau ia emosi dan meledak bocah itu bisa masuk rumah sakit selama seminggu. Ia pun meminum kopi yang Naruto buat,tidak terlalu pahit namun juga tidak ada rasa manis nya. Apa ini? Pikir Sasuke.

Masih sibuk berpikir dengan kopi nya,Sasuke sampai tidak sadar kalau Naruto sudah berdiri di samping nya dan menyandarkan kepala Sasuke di perut nya. Tangan Naruto asik mengusap rambut Sasuke, sementara sebelah tangannya mengurut bahu lebar yang...keras menurut Naruto. Jelas,otot bahu Sasuke terbentuk sempurna.

"Apa maksud nya ini?"

"Sssst... Aku tahu kau sedang banyak pikiran,bersantai sedikit tidak masalah kan?"

Mendapat sentuhan lembut penuh kasih sayang begitu membuat Sasuke merasa nyaman juga,ia bahkan sudah memutar tubuhnya menghadap Naruto sepenuh nya. Bolehkah kalau ia bersikap lunak untuk sekarang?

Apa yang salah? Sekarang ia memang berniat memulai dari awal,Naruto juga sudah menjadi 'istri' nya jadi kenapa ia harus menahan diri lagi?

Perlahan tangannya bergerak menuju pinggang Naruto dan memeluk erat, membenamkan wajahnya di perut Naruto yang hangat. Bau nya juga enak,mungkin Naruto baru selesai mandi pagi.

"Kau boleh cerita kalau kau mau,walau tidak bisa memberi solusi setidaknya aku bisa menjadi pendengar yang baik."

"Hn."

Tidak. Sasuke pantang membawa masalahnya ke rumah,ia justru semakin mengeratkan pelukannya dan menikmati aroma tubuh Naruto. Ia terbuai dengan usapan lembut di rambutnya,tangan Naruto mungil dan halus. Mirip tangan perempuan walau kenyataan dia laki-laki.

"Merasa lebih baik?"

"Sedikit."

Naruto tersenyum. Kalau kopi madu yang Naruto buat sebenarnya ia mencoba untuk Sasuke,dulu saat bersama Gilbert pria itu akan merasa senang dan mood nya akan lebih baik jika Naruto buatkan minuman itu,tapi kalau inisiatif memeluk Sasuke...nah itu memang inspirasi nya.

Ia pikir Sasuke pasti akan menolak dan ia sudah mempersiapkan diri kalau Sasuke tolak,namun siapa sangka pria itu justru bersikap manja dan merasa nyaman?

"Bahu mu keras sekali."

"Kalau tidak keras tulang bahu ku bisa patah walau hanya di pukul dengan balok kayu."

Rose Blood. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang